Negarawan di Indonesia keberadaannya masih sangat minim sekali, tidak imbang dengan keberadaan politisi yang kian lama semakin membanjir.
Mirisnya lagi, para politisi sepuh yang sudah kenyang pengalaman politik dan secara usia seharusnya sudah bisa jadi negarawan masih saja senang bermain di panggung politik.
Para politisi sepuh seperti, Amien Rais, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, KH. Mar'uf Amin dan para politisi sepuh lainnya masih saja begitu betah main politik praktis.
Inilah kiranya yang jadi memprihatinkan, seyogianya sudah sepantasnya para politisi sepuh di negeri ini mengambil tempat untuk bertransformasi jadi negarawan.
Oleh karenanya, terkait tentang para politisi sepuh ini, penulis akan mengulas salah satu figur politisi sepuh saja yaitu Amien Rais, dengan maksud artian yang sama bila dikaitkan dengan para politisi sepuh seperti, Megawati, SBY, Ma'ruf Amin dan politisi sepuh lainnya.
Terkhusus juga kenapa penulis lebih memilih Amien Rais, karena beliaulah yang masih bisa paling konsisten, memberikan pengaruh besar pada politik nasional melalui manuver-manuver politiknya, termasuk kekritisannya terhadap pemerintah.
Ya, patut disadari dan layak diakui, Amien Rais memang masih menjadi pilar penting bagi kancah perpolitikan di Indonesia, bahkan beliau masih dikenang sebagai tokoh reformasi saat Rezim Soeharto tumbang pada tahun 1998 silam.
Dengan berbagai pengalaman politik yang dimilikinya selama bertahun-tahun ini, Amien Rais memiliki pengetahuan yang sangat luas soal politik, terutama soal hak asasi manusia dan demokrasi.
Sehingga dengan bekal pengalamannya tersebut, Amien Rais selalu berani dan vokal menyerukan pendapat maupun kritik kepada pemerintahan.
Bahkan Amien Rais juga menyuarakan pendapat dan kritiknya melalui tulisan, dan sudah banyak buku tentang politik yang jadi hasil karyanya.
Amien Rais sebenarnya adalah intelektual yang berkebangsaan luhur, memang sikapnya keras dan tegas jika urusan kebangsaan, bahkan sering kontroversial, kerap menyatakan sesuatu yang tidak disukai oleh publik.