Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Minimnya Meliterasikan Bahasa Indonesia di Antara Maraknya Literasi Gaul

28 Oktober 2019   22:08 Diperbarui: 29 Oktober 2019   10:37 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar | Dokumen bahasa.foresteract.com

Bisa kita lihat faktanya di lapangan dalam bahasa sehari-hari, baik di media sosial atau bahkan dalam keseharian kita, kosa kata aneh seperti: santuy, baperan, gabut dan lain-lain sering muncul dan bahkan malah orang beranggapan akan ketinggalan zaman kalau tidak mengikuti tren masa kini tersebut.

Ini bisa disebabkan karena masalah gengsi dalam lingkungan pergaulan. Coba saja, diakui atau tidak, kita malah akan jauh lebih bangga belajar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tren mencampur bahasa Indonesia dengan kosa kata gaul atau istilah asing lainnya semakin mendesak kemurnian sejati Bahasa Indonesia bahkan disinyalir para orang tua malah ikut terseret arus dengan bahasa ini.

Lihat saja, Orang tua zaman sekarang, di era yang serba digital ini, orang tua malah sangat jarang mengursuskan anaknya untuk memperdalam pelajaran bahasa Indonesia.

Namun malah sebaliknya, sejak dini para orang tua malah rela merogoh koceknya dengan mengeluarkan uang yang banyak untuk mengursuskan bahasa Inggris, bahasa mandarin, atau bahasa asing lainnya.

Inilah yang semakin menegaskan dan membuktikan bahwa makin minim orang-orang yang meliterasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa sejatinya, bahasa identitas bangsanya sendiri.

Terdesaknya eksistensi keberlangsungan penggunaan bahasa Indonesia di rumahnya  sendiri sejatinya sangat perlu segera disikapi dan ditangani.

Pastinya bangsa ini tidak ingin, sejarah panjang perjuangan mempersatukan bahasa yang merupakan kebanggaan dan simbol identitas nasional bangsa hilang begitu saja.

Tentunya bangsa ini sangat merugi bila bahasa Indonesia eksistensinya semakin terancam oleh bahasa asing atau bahasa gaul lainnya, sejarah besar itu tak boleh terlupakan dan bangsa ini harus menyelamatkannya.

Tentunya hal ini tidaklah mudah. Berbagai pihak, seperti pemerintah, guru, orang tua, dan elemen bangsa lainnya harus terlibat dan bertindak nyata.

Beberapa waktu lalu Presiden Jokowi yang bertindak atas nama Pemerintah telah melaksanakan fungsi kontrolnya terhadap bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun