Jadi, yang terjadi sejatinya pada saat berselisih itu adalah segenap luapan rasa emosi dan cerminan keegoisan diri.
Sehingga pada prinsipnya meskipun kita memenangkan perselisihan tersebut pada akhirnya kita sebenarnya berada pada kondisi yang sejatinya kalah.
Seperti "peribahasa menang jadi arang kalah jadi abu", maka tidak akan ada artinya sama sekali, meskipun kita menang dalam perselisihan kalau pada akhirnya yang terjadi hanya akan memutuskan jalinan tali silaturahmi dan toleransi, sama saja artinya kita hanya jadi pecundang ataupun kalah.
Hubungan antar relasi, teman, rekan kerja, keluarga, pasangan jadi renggang, bahkan bisa berujung putusnya tali persahabatan, tali persaudaraan ataupun ikatan rumah tangga.
Oleh karena itu, sebaiknya hindarilah perselisihan tersebut karena perselisihan itu sama sekali tidak ada gunanya.
Lebih baik mengedepankan sikap-sikap yang elegan untuk selalu menjalin kekompakan dan menjaga kebersamaan, menjaga lisan maupun tulisan, menjaga tindakan dan perbuatan agar tidak ada hati yang tersakiti.
Meskipun terkadang, di dalam kehidupan sehari-hari apa yang di harapkan itu, terkadang tidak seperti apa yang diinginkan.
Namun sebaiknya, bersikap lebih banyak memaafkan, saling hormat menghormati diantara perbedaan, mawas diri, instrospeksi diri dan selalu bersyukur adalah jauh lebih terhormat dan bijaksana.
Sikap lebih mengutamakan diam atapun mengalah dari pada berselisih, mengakui dengan elegan tentang kritikan atau kesalahan bila memang salah, lebih banyak menggunakan akal budi. Tak akan mengecilkan arti sejatinya insan manusia yang sesungguhnya.
Seperti beberapa ungkapan populer petuah-petuah bijak berikut ini;
"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu."