Mohon tunggu...
SIFFA NOORJANAH
SIFFA NOORJANAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Belajar, berproses, bertumbuh.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Participatory Learning: Mengatasi Permasalahan Sampah di Lingkungan SMAN 19 Bandung

9 Desember 2022   10:21 Diperbarui: 9 Desember 2022   16:02 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PARTICIPATORY LEARNING

"MENGATASI PERMASALAHAN SAMPAH

 DI LINGKUNGAN SMAN 19 BANDUNG"

(Tujuan pembersihan bukan hanya untuk membersihkan, tetapi untuk merasakan kebahagiaan hidup dalam lingkungan itu." -- Marie Kondo)

Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra 2007). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 juga menjelaskan bahwa sampah ialah seluruh sisa kegiatan manusia yang dilakukan sehari-hari dan atau dari proses alam yang berciri khas padat. Permasalahan sampah di Indonesia kian hari semakin serius.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun. Sampah yang terkelola dengan baik hanya sebanyak 13,2 juta ton/tahun atau 72,95%, artinya ada sekitar 27% belum terkelola dengan baik atau bahkan tidak terkelola. Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menyebutkan, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 29,8 juta ton sepanjang 2021. Dari jumlah tersebut, 17,54 persennya merupakan sampah plastik.

\Permasalahan sampah di Indonesia yang telah dibuktikan dengan adanya data diatas, sampah plastik merupakan jenis sampah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini perlu disadari bersama bahwa penggunaan sampah plastik di Indonesia perlu menjadi perhatian bersama. Kantong plastik merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim, karena sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.

Pada tahap pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah penghasil gas rumah kaca. Begitu pun pada tahap pengelolaan, karena plastik tidak dapat diurai secara alami oleh bakteri dalam tanah sehingga membutuhkan ratusan tahun sampai plastik dapat terurai dengan sendirinya, biasanya plastik dikelola dengan cara dibakar. Padahal pengelolaan plastik dengan cara dibakar menambah emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi. Oleh karena sulitnya pengelolaan sampah plastik, kita harus menyadari bersama-sama bahwa untuk mengantisipasi berbagai bentuk dampak negatif yang akan terjadi akibat penggunaan sampah plastik, kita harus berupaya untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. 

Sebagai upaya dalam mengatasi hal tersebut, bagi saya sekolah merupakan salah satu contoh media yang efektif sebagai pembelajaran bagi para siswa untuk menerapkan cinta lingkungan dan menekan angka penggunaan sampah plastik melalui kebiasaan-kebiasaan yang tertanam didalamnya.

SMAN 19 Bandung yang mana merupakan tempat saya bersekolah dalam hal ini telah berupaya mengambil peran dalam hal penanganan penggunaan sampah plastik. Selain dengan cara kebanyakan sekolah lainnya untuk menggolongkan tempah sampah berdasarkan pengelolaanny, SMAN 19 Bandung tak hanya melakukan cara itu. Ditempat saya bersekolah itu, saya ditanamkan untuk selalu membawa tumbler (botol minum) dan membawa bekal dari rumah yang mana pasti menggunakan tempat makan yang dapat digunakan untuk waktu yang panjang.

Dari kebiasaan itulah, saya bersama siswa lainnya menjadi terbiasa dan dapat menekan penggunaan sampah sehari-hari. Hal ini juga kemudian dikembangkan oleh OSIS SMAN 19 Bandung melalui program kerja seksi bidang 7 yang bernama tumblerion. Tumblerion merupakan singkatan dari Tumbler for Greenaration yang mana Greenaration merupakan identitas SMAN 19 Bandung. Tumblerion merupakan program kerja yang mana diharapkan dapat menghasilkan sebuah output kepada siswa SMAN 19 Bandung untuk dapat mencapai kemandirian siswa, pola pikir yang baik dan peka akan isu-isu sampah di Indonesia, dan cinta akan lingkungan melalui penekanan terhadap penggunaan sampah plastik. 

Realisasi dalam program kerja ini ialah dengan melakukan sebuah controlling oleh petugas OSIS kepada setiap kelas yang mana dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, melakukan cheklist setiap kelas untuk mengetahui jumlah siswa yang membawa tumbler dan tempat makan, kemudian mengingatkan untuk terus membawa tumbler dan tempat makan serta untuk mengurangi sampah plastik sekali buang. Kemudian setelah dilakukan controlling selama kurang lebih 3 bulan, pihak sekolah dan OSIS memberikan apresiasi kepada kelas yang paling banyak membawa tumbler dan tempat makan dengan memberikan hadiah dan diperlihatkan saat upacara berlangsung agar disaksikan oleh seluruh siswa. Hal ini bertujuan agar memotivasi siswa untuk lebih bersemangat melakukan kebiasaan baik ini.

\Menurut pengamatan saya selama menjadi siswa di SMAN 19 Bandung, dengan adanya kebiasaan tersebut cukup efektif dalam menekan penggunaan sampah plastik dan menimbulkan hal-hal positif lainnya. Siswa menjadi lebih sering membawa bekal makan dan minum dari rumah yang mana kemudian menghemat uang jajan mereka, siswa menjadi lebih paham akan pentingnya menjaga alam salah satunya dengan menekan penggunaan sampah plastik sekali pakai, siswa menjadi lebih mandiri untuk memakai tempat makan mereka ketika jajan dikantin.

Selain melalui program kerja Tumblerion, SMAN 19 Bandung dalam hal pemanfaatan sampah juga dilanjutkan dengan program kerja yang bernama Econation merupakan singkatan dari EcoBrick for Greenaration yang mana EcoBrick merupakan bata alami dan Greenaration identitas SMAN 19 Bandung. Cara kerja econation hampir sama seperti tumblerion, yang mana melakukan sebuah kompetisi antar kelas untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya EcoBrick dari hasil sampah plastik yang ada dilingkungan SMAN 19 Bandung. 

Sampah plastik yang telah dikumpulkan lalu dipisahkan dan dibersihkan kemudian dipotong-potong menjadi lebih kecil dan kemudian dimasukkan kedalam botol bekas air mineral dengan ukuran mulai dari 600 ml dan 1500 ml, kurang lebih begitulah cara membuat ecobrick. Hal ini, diharapkan sampah plastik mampu diatasi pengelolaannya dalam lingkup lingkungan sekolah. 

Dengan adanya EcoBrick, sampah plastik yang didapatkan setiap harinya dapat tersimpan dengan baik dalam botol plastik yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal yang bermanfaat, Sempat disinggung sebelumnya, untuk mengatasi sampah plastik harus dibakar, tertimbun, atau dibiarkan menggunung di TPS, namun hal ini didapat disiasati melalui EcoBrick. 

Jika plastik-plastik tersebut dibakar, maka zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida akan terlepas ke udara, membahayakan kesehatan manusia, hingga menjadi penyumbang pemanasan global. Kemudian, jika dibiarkan begitu saja, partikel plastik juga akan sulit sekali terurai dan dapat membahayakan ekosistem di sekitarnya, seperti ekosistem tanah maupun laut. Daripada hal itu terjadi, maka EcoBrick sebagai suatu solusi untuk mengelola sampah plastik. EcoBrick selain dikenal sebagai pengganti batu bata, namun hal ini juga dapat bermanfaat untuk berbagai macam hal,  seperti misalnya membuat dinding, kursi, dan perabotan lainnya.

\Program kerja Econation, sama seperti program Tumblerion juga memberikan apresiasi kepada siswa. Namun berbeda halnya pada saat Tumblerion penilaian dilihat berdasarkan jumlah terbanyak dalam suatu kelas, Econation ini dinilai berdasarkan individu. Setiap individu yang mengumpulkan EcoBrick terbanyak yang akan menjadi juaranya. Dan waktu itu, saya terpilih menjadi salah satu pemenangnya. Di SMAN 19 Bandung, EcoBrick sendiri telah dimanfaatkan menjadi  produk seperti kursi. Sampah lainnya pun, selain melalui program kerja Econation namun biasanya dimanfaatkan sebagai kerajinan melalui tugas mata pelajaran dikelas.

Selain dua program kerja yang telah dijelaskan diatas, SMAN 19 Bandung juga beberapa tahun kebelakang terpilih menjadi salah satu peserta Toyota Eco Youth yang diselenggarakan oleh perusahaan kenamaan di Dunia yaitu Toyota. Melalui projek ini, SMAN 19 Bandung pada tahun 2022 membuat suatu program yang diberi nama Feelah (dapat dijangkau di Instagram @Feelah.id) dengan tagline 'Babarengan Milah Sampah Jadi Rupiah'.

Program tersebut selain melibatkan siswa, juga melibatkan warga yang keberadaannya dekat dengan SMAN 19 Bandung, dengan mengajak menyimpulkan sampah yang ada dimasyarakat kemudian hasilnya dirupiahkan dalam artian sampah tersebut kemudian ditukar dengan uang. Selain melibatkan warga, Tim Feelah juga melakukan sebuah kolaborasi lainnya salah satunya bersama komunitas River Clean Up yang sudah dikenal dimasyarakat luas. Bersama River Clean Up, Tim Feelah bekerja sama untuk menyusuri sungai Cikapundung dan mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sungai. Dalam hal ini metode participatory learning dalam suatu pendekatan SMAN 19 Bandung dalam mengatasi permasalahan sampah plastik telah diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun