Mohon tunggu...
Mochamad Sidiq Waluyo Jati
Mochamad Sidiq Waluyo Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Industrial Engineering Student of University of Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perjalanan Indonesia dalam Transisi Energi Bersih

21 Februari 2022   16:00 Diperbarui: 21 Februari 2022   16:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Buat apa, sih, mulai ngerti tentang perubahan iklim? Kenapa kita harus tahu bahkan paham tentang apa yang terjadi beberapa tahun ke depan? Apa yang terjadi jika persediaan karbon di dunia ini telah habis? Apakah masih akan ada transportasi, listrik, penyedia air, internet, dll? Lalu sampai kapan kita bisa menikmati itu semua? Bagaimana dengan anak cucu kita? Mungkin itu semua merupakan beberapa pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran kita. 

Penjelasan mengenai perubahan iklim sudah sering menjadi perbincangan media. Dari persediaan karbon, efek rumah kaca hingga efek dari bumi yang memanas tiap tahunnya. Musim yang terjadi di Indonesia kini tidak dapat diprediksi lagi, hal ini menimbulkan pengaruh terhadap berbagai sektor mulai dari sektor ekonomi, hingga sektor pertanian.

Perubahan iklim berproses secara alami. Dunia kita saat ini telah mengalami pemanasan yang cepat akibat aktivitas manusia, terutama karena pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar, dan batu bara, juga pembukaan lahan dan hutan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. 

Peningkatan emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia ibarat selimut yang melilit bumi, menjebak panas matahari dan menaikkan suhu. Tempat pembuangan sampah juga merupakan sumber lain penyumbang gas rumah kaca.

 Energi, industri, pertanian dan pembuangan limbah adalah penyumbang utama emisi gas rumah kaca. Konsentrasi gas rumah kaca saat ini berada pada tingkat tertinggi dalam 2 juta tahun dan terus meningkat. Akibatnya, bumi menjadi sekitar 1,1°C lebih hangat dibandingkan sekitar tahun 1800-an. Banyak dari kita berpikir bahwa perubahan iklim berarti suhu yang lebih panas. 

Kenaikan suhu hanyalah awal dari bencana. Bumi adalah sebuah sistem, di mana semuanya terhubung, perubahan di satu area dapat memengaruhi perubahan di tempat lain lain. Akibat perubahan iklim yang kita rasakan saat ini: intensitas kekeringan, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut.

Perubahan iklim adalah tantangan bersama. Kita tahu ada banyak solusi untuk mengatasi problem ini. Kalangan ilmuwan menghimbau membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5°C, akan membantu kita menghindari dampak iklim terburuk dan mempertahankan kehidupan yang layak huni. Mengalihkan sistem energi dari bahan bakar fosil ke energi baru dan terbarukan atau EBT seperti solar akan mengurangi emisi yang mendorong perubahan iklim.

Planning Indonesia untuk pengembangan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) sudah menargetkan 23% dari total sumber listrik berasal dari EBT dan untuk jangka panjang sebesar 31% di 2050. 

Padahal, sampai dengan 2019, kurang dari 10% pembangkit di Indonesia berasal dari EBT. Mayoritas masih dipegang oleh batu bara dan minyak bumi yang hampir mendominasi 2/3 dari total pembangkit di Indonesia. Namun, untuk perkembangan dari solar energipun tidak terlalu mengecewakan, meskipun masih jauh sekali dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia. 

Indonesia yang terletak di garis katulistiwa dengan musim panas yang cukup lama sepanjang tahun, sudah tentu potensinya sangat besar bahkan secara teori dapat mencapai 200 GW, sayangnya dari 200 GW itu belum ada 0,1% yang digunakan sebagai listrik.

Apa yang menghambat Indonesia untuk menggunakan EBT? Bukankah sudah ada energi terbarukan yang sejak lama digembor-gemborkan menjadi solusi dari dampak perubahan iklim. Memang itu semua sudah dilakukan, bahkan panel surya diperkenalkan sejak tahun 1970. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun