Mohon tunggu...
Siberson
Siberson Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Guntur Siberson - Mahasiswa - Tertarik dengan media serta isu-isu lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Akulturasi Kuliner Lewat Angkringan Khas Kalimantan

8 Desember 2021   10:05 Diperbarui: 9 Desember 2021   23:20 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan Amang Yk yang menyajikan kuliner khas kalimantan sedang ramai pengunjung. Amang dalam bahasa kalimantan berarti "om" atau "paman" (Dokpri)

Yogyakarta – Ketika ada kemauan, disitulah ada jalan. Dimana ada usaha, disitulah ada hasil. Begitulah dorongan semangat yang sering terdengar di Indonesia. Ganasnya efek pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor perekonomian Indonesia lesu membuat seluruh lapisan masyarakat berupaya bertahan hidup dengan berbagai cara. Ada yang dengan cara mengkorupsi dana bansos ada pula yang membuka usaha. Pandemi covid tak menyurutkan semangat mahasiswa asal Kalimantan Tengah ini untuk membuka usaha angkringan. Muhammad Rifqi, mahasiswa asal Kalimantan ini turut merasakan efek Covid-19 dalam sektor perekonomian. Berawal dari pengalaman bekerja disebuah kafe selama satu tahun untuk mempelajari bagaimana menejemen keuangan dan cara mengatur bisnis, kemudian nekat membuka angkringan khas Kalimantan pertama di jogja di sela-sela perkuliahan.

Saat itu suasana malam dipenuhi gelak canda dan tawa, banyak pengunjung yang datang untuk nongkrong di angkringan. Tujuan utama dalam membuka usaha angkringan ini tentunya untuk menunjang dompet mahasiswa. Akan tetapi ada maksud tersendiri dari berdirinya angkringan Amang Yk ini, yaitu ingin memperkenalkan budaya dan kuliner khas kalimantan Tengah di Jogja dengan media angkringan serta menjadi tempat silaturahmi antara mahasiswa rantau dari kalimantan. “Dari pada membuka kafe itukan perlu tempat yang luas, peralatan yang banyak, orang banyak, dan modal yang besar. Jadi lebih baik buka angkringan aja karna memang khasnya jogja itu angkringan”, ujar Rifqi.

Ditengah-tengah perbincangan, raut wajah yang tadinya senyum tiba tiba perlahan memudar, sementara saya sibuk menerka apa yang ada dipikirannya. Tatapan matanya mulai serius. Selain alasan tersebut, ada alasan pilu mengapa ia nekat membuka usaha di sela-sela perkuliahan. “Ya kita kan gak bisa berharap terus sama orang tua, orang tua juga gak selamanya ada kerjaan apalagi di masa pandemi seperti ini. Mumpung masih muda ya coba-coba aja dulu. Ibu kmren kecelakaan, ini lagi pemulihan udah 6 bulan di Jogja, jadi kemaren lebaran juga gak pulang (ke Kalimantan)” ujar Rifqi. Insiden yang terjadi pada Ibu Rifqi mengakibatkan ia sadar akan perlunya kemandirian dalam hidup. Bahwa tak selamanya kita akan terus bergantung dengan orang tua, apalagi di momen pandemi seperti ini. 

Tentunya angkringan ini memiliki perbedaan dari angkringan yang lain, yang paling mencolok yaitu menu nasi bakar khas Kalimantan dan terdapat makanan tradisional asal Kalimantan Tengah, yaitu Coto Manggala. Coto Manggala adalah soto khas Kalimantan Tengah yang berbahan dasar singkong dengan rempah-rempah endemik. Rifqi berharap dengan adanya menu tradisional ini membuat seluruh lapisan masyarakat , terkhusus mahasiswa sekitaran UMY tertarik untuk mencoba dan menyicipi coto manggala. Perlu diketahui bahwa Coto Manggala masuk ke dalam tiga besar makanan tradisional terpopuler  pada API award 2020. https://diskominfo.kotawaringinbaratkab.go.id/page/detail/coto-manggala-masuk-tiga-besar-makanan-tradisional-terpopuler-pada-api-award-2020 .Kedepannya ia ingin menambah menu-menu tradisional lainnya, seperti nasi kuning dengan beras khas kalimantan.

Bagi mahasiswa yang ingin membuka usaha angkringan disela-sela perkuliahan, perlu diketahui bahwa ketika membuka usaha apapapun itu tentunya akan mengganggu kegiatan perkuliahan, karna memang akan menyita waktu mengerjakan tugas untuk menjalankan usaha.” Ya pasti menghambat kuliah, walaupun kita buka setelah jam kuliah (sore) tapi mengambil  waktu tidur kita (malam) tapi jangan sampai menunda tugas kuliah”, ujar Rifqi. Akan tetapi, perlu menejemen waktu yang baik untuk mengatur usaha, sehingga Rifqi dalam usahanya mengajak dua temannya untuk turut serta membantu jalannya usaha.

Rifqi menjelaskan angkringan ini bukanlah titik tumpu utama dalam menunjang ekonominya, ia mempunyai tujuan yang lebih besar dari sekedar angkringan. “Angkringan ini istilahnya hanya untuk batu loncatan aja, ada target yang lebih besar dari membuka angkringan akan tetapi belajar dulu dari mengatur angkringan” ujar Rifqi. Banyak pengalaman yang ia dapatkan, bagaimana cara melayani pembeli, mengatur waktu, dan berbaur dengan masyarakat lokal. Tentunya penglaman ini yang akan membuat ia lebih mandiri dan dewasa. 

Dukungan Teman

Menejemen waktu yang baik dalam mengelola angkringan disela-sela perkuliahan bukanlah hal mudah. Hal itulah yang membuat Rifqi mengajak dua temannya untuk turut serta membantu. Dari mulai mempersiapkan hidangan yang disiapkan , melayani pembeli, dan beres-beres ketika angkringan hendak tutup. Ketika malam semakin larut dan tanpa sadar hari sudah berganti, para pengunjung pun mulai meninggalkan angkringan satu per satu. Saat itu terlihat Rifqi mengeluarkan laptopnya, dan melanjutkan tugas kuliahnya. Merintis usaha tak membuat ia melupakan kewajiban nya sebagai seorang penuntut ilmu. 

Menghilangkan Gengsi

Disaat mahasiswa lain menghabiskan masa mudanya dengan asik nongkrong di kafe, pacaran ataupun belajar dengan tenang di kos dan dirumah. Ia rela menahan keinginan masa mudanya untuk terus mengembangkan usaha angkringannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun