Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menanti Kemenangan Golput (Bagian 1, Kebencian Terhadap Golput)

17 April 2019   22:15 Diperbarui: 18 April 2019   23:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan monitior-kompasiana-dok.pri

Hasil quick count (hitung cepat) sore hingga malam ini, meski itu bersifat prediksi dan masih sementara, tapi setidaknya belajar dari pengalaman terdahulu, hasilnya tak akan jauh berbeda.

Tanpa bermaksud melangkahi KPU sebagai penghitung suara resmi, juga tak hendak menghargai perasaan  pihak yang sementara ini ditampilkan kalah, namun tampaknya angka-angka hasil hitung cepat dari banyak lembaga survey yang tersiar di televisi saat ini sudah mengarah kepada siapa yang akan memenangkan perebutan kursi presiden/wakil presiden periode 2019-2024 .

Termasuk pula yang menguatkan hal itu adalah angka hasil perhitungan Rumah Pemilu c.q. Litbang Kompas  yang ditampilkan di Kompasiana ini, tercatat pada pukul 20.00 Wib, Rabu, 17 April 2019, bahwa  54,48 % suara untuk Jokowi-Ma'ruf, 45,52% yang memilih pasangan Prabowo-Sandi.

Lega rasanya, sepertinya saling klaim berebut kuasa antara, maaf,  cebong dan kampret sebentar lagi akan berakhir sudah. Dukung mendukung antara kedua pendukung kandidat yang kadang memberikan dukungan kelewat fanatis itu sedikit banyak akan mereda dengan sudah mulai nampaknya kejelasan suara yang diraup masing-masing pihak. Meski, perlu diingat, ini bukanlah hasil mutlak yang dapat dijadikan pegangan saat ini. 

Namun di luar arena itu, gaung permusuhan ternyata tak hanya ditampakkan antara kubu cebong dan kampret saja. Ada panggung lain yang entah diciptakan oleh siapa mulanya, yakni perseteruan antara mereka yang tak memilih (golput) dengan mereka-mereka yang memilih tadi, di mana cebong dan kampret tadi berada di dalamnya.

Telah terjadi permusuhan antara Golputer dengan Cebong sekaligus Kampret. Katakanlah begitu istilahnya, cebong dan kampret, serta golputer buat pelaku golput tadi. 

Meski saya, Penulis, tak suka dengan istilah-istikah itu, terasa tak enak didengar. Sebagai intelektual, Penulis malas dan malu rasanya mengucapkan kata demikian.

Namun diksi atau terminologi ini tak dapat dihindari karena nyatanya sudah berkembang dan dimaklumi adanya bukan hanya oleh kedua pihak yang disebut, tapi juga oleh semua orang yang aktif mengamati dunia perpolitikan saat ini. Sepengetahuan Penulis, istilah cebong dan kampret ini,  setidaknya ini bermula setelah pemilu 2014 lalu, setelah Jokowi menduduki kursi kepresidenannya dan bersamaan saat Probowo kembali ke rumahnya karena kalah.

Pendukung fanatis kedua tokoh besar inilah akhirnya sengaja tak sengaja telah mengkristal pasca pemilu 2014 menjadi dua blok besar tadi. Dan ternyata, polarisasi kedua kubu itu  tetap berlanjut persaingannya hingga Pemilu 2019 sekarang ini.

Kembali fokus menyoroti perihal permusuhan antara golputer dan cebong/kampret tadi. Ini bukanlah issue baru yang dibuat-buat,  tidak pula bermaksud mengembangkan bibit-bibit perpecahan baru antara anak negeri di tanah air Indonesia yang kita cintai ini. Tapi ini adalah realita yang  benar-benar terjadi, meski tidak terlalu kentara, tapi  hawa permusuhannya terasa di alam maya ini.

Perhatikanlah, tak sedikit tulisan (artikel) yang mempersoalkan soal golput ini. Tak jauh-jauh di Kompasiana ini, dari pengamatan Penulis, puluhan tulisan Kompasianer yang mengulas tentang golput, berikut komentar-komentar yang dirasa menyulut permusuhan dengan para golputer, sebutan buat para peng-golput, yang juga dikenal dengan "golongan putih", kepanjangan dari kata "golput" tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun