Banyak orang bekerja keras demi mencapai kekayaan. Rumah yang nyaman, kendaraan yang layak, dan tabungan yang aman menjadi impian banyak orang. Namun, seiring berjalannya waktu, kita mulai menyadari bahwa harta duniawi saja belum cukup untuk memberikan kedamaian hati. Ada orang yang kaya raya, tetapi hidupnya dipenuhi kecemasan; sebaliknya, ada yang hidup sederhana namun memiliki ketenangan dan kebahagiaan yang mendalam.
Buddha mengajarkan bahwa kekayaan yang sejati adalah keseimbangan antara kekayaan materi dan kekayaan batin. Materi memberi kenyamanan, tetapi batin yang damai memberi kebahagiaan yang bertahan lama---bahkan hingga kehidupan berikutnya.
1. Kekayaan Materi yang Berkah
Dhamma tidak menolak kekayaan. Justru, dalam Aṅguttara Nikāya IV.61, Buddha menyebutkan bahwa kekayaan yang diperoleh dengan cara yang benar adalah hal yang baik:
> "Empat hal yang diinginkan oleh umat awam adalah umur panjang, kecantikan/ketampanan, kebahagiaan, dan kekayaan; semua ini diperoleh melalui kebajikan."
Untuk mendapatkan kekayaan yang berkah, ada beberapa prinsip yang perlu dipegang:
Mencari nafkah dengan benar (sammā-ājīva) tanpa merugikan orang lain.
Rajin dan tekun (appamāda), tidak mudah putus asa.
Mengelola keuangan dengan bijak, bukan hanya pandai membelanjakan, tetapi juga menabung dan membantu sesama.
2. Kekayaan Batin yang Abadi
Harta duniawi dapat hilang, tetapi harta batin---kebajikan dan ketenangan---akan selalu melekat pada kita, bahkan hingga kehidupan berikutnya.