Indra ke-6 dan Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia sejak lama terpesona oleh hal-hal yang tak terlihat. Apakah itu firasat yang tiba-tiba muncul, mimpi yang terasa nyata, atau kemampuan "merasakan" sesuatu sebelum terjadi---semuanya sering disebut sebagai tanda-tanda indra ke-6. Di era digital ini, pembicaraan soal intuisi, energi, bahkan "paranormal" makin mudah diakses dan banyak diminati, terutama oleh anak muda yang haus akan pengalaman spiritual yang otentik.
Namun pertanyaannya: apa sebenarnya makna dari indra ke-6 menurut ajaran Buddha? Apakah ia dianggap nyata? Apakah itu bagian dari jalan spiritual, atau justru jebakan ego?
Buddha Tidak Menolak, Tapi Juga Tidak Mendorong
Dalam ajaran Buddha, dikenal konsep abhi, atau "pengetahuan istimewa" yang bisa muncul dari latihan batin yang dalam. Salah satunya termasuk kemampuan seperti mendengar suara yang tak bisa didengar telinga biasa, mengetahui pikiran orang lain, atau melihat kejadian masa lampau.
Tapi penting untuk diingat: Buddha tidak pernah menjadikan kemampuan-kemampuan ini sebagai tujuan utama. Yang paling ditekankan adalah pembebasan dari penderitaan, bukan pamer kekuatan batin.
Bukan Soal Bakat, Tapi Ketenangan
Jika seseorang benar-benar memiliki semacam "indra ke-6", Buddha tidak serta-merta menolak keberadaannya. Tapi beliau menjelaskan bahwa kemampuan seperti itu bisa muncul alami karena kepekaan batin, atau sebagai hasil dari praktik meditasi yang mendalam.
Namun, tanpa sila (moralitas) dan kebijaksanaan, kemampuan tersebut bisa menjadi bumerang. Bukan membuat kita tercerahkan, tapi justru menambah kebingungan, kesombongan, dan bahkan penderitaan.
Dhamma Mengajak Kita Mengenal Diri, Bukan Mengejar Sensasi
Banyak orang tergoda dengan kekuatan luar biasa, karena rasanya "spiritual", "hebat", atau "istimewa". Tapi Dhamma justru mengajak kita untuk kembali ke dalam, memahami batin, melihat kenyataan apa adanya, dan hidup dengan kesadaran.