Meredam Ancaman ESL: Ini adalah langkah ofensif untuk membuktikan bahwa Liga Champions mampu memberikan show yang lebih besar, lebih glamour, dan lebih menguntungkan---persis seperti yang dijanjikan ESL. Dengan memberikan panggung global eksklusif kepada juara, UEFA berharap klub-klub elite tetap loyal.
Bahaya Tersembunyi: Tumbal dan Anti-Climax
Alih-alih memperkuat kompetisi, penyesuaian untuk 2027/2028 ini justru membawa risiko yang bisa merusak esensi Liga Champions:
1. Beban Berlebih & Anti-Climax
Keputusan ini menempatkan beban tekanan yang tidak seimbang pada Juara Bertahan. Klub tersebut dipaksa menjadi pusat perhatian dan promosi global, segera setelah pra-musim yang melelahkan. Lebih bahaya lagi, jika pertandingan tunggal ini berakhir imbang 0-0 yang membosankan atau sang Juara kalah telak, momentum promosi untuk seluruh musim akan langsung hancur, menciptakan anti-climax yang mahal secara komersial.
2. Kesenjangan dan Elitisme yang Semakin Terang
Meskipun format 2024/2025 diklaim lebih inklusif, penambahan aturan 2027/2028 ini adalah langkah mundur. Memberikan perlakuan istimewa dan spot penjualan premium kepada Juara Bertahan (yang hampir pasti berasal dari lima liga besar) memperkuat sentimen elitis---bahwa kompetisi ini dijalankan hanya untuk keuntungan klub-klub mapan, memperlebar jurang pendapatan dan exposure antara klub super-elite dengan klub-klub lainnya yang kini hanya mendapat slot di Rabu dan Kamis.
Pada akhirnya, format baru ini---yang terus dimodifikasi bahkan sebelum diterapkan sepenuhnya---menegaskan satu hal: Liga Champions kini lebih dari sekadar kompetisi olahraga. Di tangan UEFA, Liga Champions adalah alat komersial yang terus diutak-atik untuk memuaskan tuntutan uang klub besar dan melawan bayangan ESL. Keagungan tradisi sepak bola Eropa tampaknya harus menyesuaikan diri dengan jadwal TV global.
Bekasi 14 Oktober 2025
Best SiallaganÂ
Sumber referensi: