Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

'Silent Healing' - Senyap yang Menyembuhkan

13 Oktober 2025   18:05 Diperbarui: 14 Oktober 2025   09:31 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangan diangkat (Photo by Luis Dalvan: www.pexels.com)

Mengapa Kita Merasa Kelelahan, Bahkan Saat Rebahan?

Mungkin banyak diantara kita sekarang hidup di bawah sorotan lampu notifikasi. Setiap detik ada chat yang harus dibalas, story yang harus dilihat, dan ekspektasi bahwa kita harus selalu "ada" dan "baik-baik saja." Rasanya seperti kelelahan yang tak ada habisnya, bahkan saat kita sedang rebahan.

Pernahkah Anda tiba-tiba merasa ingin mematikan semua notifikasi, menutup pintu, dan tiba-tiba ingin menghilang  (ghosting) semua orang atau teman anda ? Itu bukan karena Anda jahat atau tidak peduli. Itu adalah sinyal darurat dari dalam diri Anda: Jiwa Anda sedang minta cuti untuk istirahat dulu.

"Menghilang" (atau ghosting terhadap lingkungan sosial) sering dianggap sebagai tindakan pengecut. Tapi saya mau bilang: terkadang, itu adalah tindakan paling berani dan paling sehat yang bisa kita lakukan. Kita menyebutnya 'Silent Healing' atau Senyap yang Menyembuhkan.

Saat Baterai Emosi Nol Persen

Bayangkan diri Anda adalah sebuah smartphone. Saat baterai 10%, Anda akan memprioritaskan fungsi paling penting. Saat jiwa kita lelah, semua interaksi sosial bahkan yang menyenangkan akan menarik daya dari baterai yang sudah habis itu.

Ini adalah saat di mana kita tidak bisa menjelaskan apa-apa. 

Krisis Kata-Kata: Kita dikuasai oleh "sedih yang tak punya nama." Kita tidak tahu kenapa down, kenapa lelah. Bagaimana kita bisa menjawab "Ada apa?" dari teman, jika kita sendiri tidak punya jawabannya?

Takut Membebani: Kita memilih diam karena takut membebani. Kita khawatir, jika kita jujur betapa hancurnya perasaan kita, orang lain akan merasa wajib menolong, dan itu terasa tidak adil bagi mereka. Jadi, kita mundur teratur, dengan janji palsu pada diri sendiri: "Aku akan muncul lagi kalau sudah sembuh total."

Hanya Butuh Bernapas: Menghilang bukan lari dari masalah. Itu adalah upaya untuk mencari tempat untuk bernapas tanpa dihakimi. Kita sedang mencari ruang, bukan mencari alasan.

Ruang Sunyi untuk Self-Healing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun