Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jurnalis Narsis - Ketika Wartawan Sakit Gigi

20 Februari 2016   20:24 Diperbarui: 20 Februari 2016   20:48 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa bisa murah? Aku juga belum pernah nanya, tetapi sepertinya karena para tenaga kesehatannya adalah mereka yang sedang belajar jadi dokter gigi (sedang co-ass) dan jadi spesialis.

Untuk pekerjaan sederhana, seperti scaling tadi, biasanya dikerjakan anak co-ass. Namun kalau kasusnya agak berat seperti yang aku alami, mereka alihkan ke dokter gigi, yang sedang belajar jadi spesialis.

Terkejut

Gigiku ternyata infeksi parah, dirontgen saja harus dua kali. Asem. Pelajaran juga bagi pembaca, gigi busuk itu jangan didiamkan lama ya. Karena akibatnya,  kuman-kuman itu akan bertemu satu sama lain, saling suka, katakan cinta, pacaran dan akhirnya berkembang biak.

Selanjutnya kalian akan bernasib seperti jomblo yang pergi menemani orang pacaran. Sakit. Hahahaha....

Sudah-sudah gak usah jadi galau. Intinya aku harus menjalani pengobatan yang dinamakan "perawatan saluran akar". Jadilah hari itu aku dirawat dokter Ayu, dokter gigi angkatan tahun 1996 yang sedang mengambil pendidikan khusus syaraf gigi.

"Ini tidak bisa sekali ya, Mas. Harus empat atau lima kali perawatannya, kalau bisa sekali seminggu. Bisa, kan?" ujar perempuan ramah itu.

"Bisa, Mbak," jawabku cepat, dengan harapan korlip bisa memberiku izin di hari2 berikutnya. Tapi kayaknya boleh sih. Hehe..

Akhirnya proses pertama dimulai. Gigiku dibersihkan, dibius, dibor, dibakar (untuk bersihkan jaringan-jaringan dampak pembusukan), gigi sedikit dipotong dan lain-lain. Macam-macamlah. Total waktunya dua jam! Ya, dua jam hanya untuk mengurusin sepotong gigi tak berdaya di mulut bagian belakang.

Btw, dokter Ayu ini sangat ramah. SANGAT. Saking ramahnya, setelah aku disuntik dia pasti bilang, "Makasih, ya, sudah nahan sakitnya..."

Duh, dek. Abang mana yang gak lemas jantungnya dengar keramahan adek. Kalo gak karena dia angkatan 1996 dan karena kemungkinan sudah berkeluarga, pasti abang udah... udah anggap biasa aja. Haha..  Gigi lagi sakit, coy, pikiran susah ke mana-mana. :p

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun