Pagi ini berjalan seperti biasa, jam tanganku masih menunjukkan pukul 05.30 WIB tapi jalanan di Ibu Kota sudah sangat padat, sudah ramai. Kota ini memang sibuk begitu juga orang-orangnya. Tapi aku tidak, tidak sesibuk mereka. Aku masih punya banyak waktu untuk berpikir tentangmu.
 Pagi inipun, Kota ini kembali menyuguhkan cerita tentangmu ; tentang kau, aku dan mereka lebih tepatnya. Aku coba merangkai aksara, belajar menjadi pujangga. Tapi wajahmu, bayangmu mengikat pikiranku. Terkurung tidak berdaya, beku. Aku juga berusaha melantumkan sebuah lagu pelipur lara, tapi aku tidak menemukan syairnya. Aku mendadak dungu.
Aku coba menenangkan diri, berdiri di persimpangan jalan;berusaha mengalihkan pikiranku tentangmu dengan mengamati kendaraan yang hilir mudik. Mengamati gedung-gedung megah nan sombong.Â
Mengamati wanita wanita cantik yang sedang menyeberang. Tapi, sayup-sayup aku mendengar sebuah lagu cinta dari kejauhan dan perlahan mendekat. Sebuah lagu yang tidak asing. Lagu yang selalu kunyanyikan manakala teringat tentangmu. Lagu itu berasal dari angkutan umum yang sedang berjalan dan berhenti persis didekatku. Didepanku. Â "Senen,..Senen ! Senen.., Mas", Katanya, yang kemudian membuyarkan lamunanku. Semua ini karenamu, semua ini tentangmu.
Jakarta, 20 Desember 2017
Natanael Siagian Â