Mohon tunggu...
Shuhaib Alkatiri
Shuhaib Alkatiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - manusia biasa

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Komunikasi Virtual terhadap Vaksinasi Covid-19

16 Juli 2021   22:45 Diperbarui: 16 Juli 2021   22:46 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saya tertarik untuk menulis artikel review ini karena saya sangat prihatin akan keadaan negara Indonesia. Saya ingin menjelaskan pengaruh komunikasi virtual terhadap vaksinasi Covid-19. Virus Covid-19 sudah berjalan satu tahun empat bulan di Indonesia namun tidak dipungkiri masih saja ada masyarakat yang tidak percaya akan pandemi ini.

Masih banyak yang meremehkan virus ini, pada kenyataannya sudah banyak memakan korban akan keganasan Corona. Konspirasi dan opini negatif pun menjadi faktor penyebabnya.  Maka dari itu, pemerintah membuat komunikasi publik dengan tujuan mengedukasi Covid-19 kepada seluruh masyarakat melalui media komunikasi digital.

LATAR BELAKANG

Berdasarkan survei Kementrian Kesehatan Rakyat Indonesia, sekitar 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksinasi Covid-19 jika disediakan oleh pemerintah Indonesia sementara hampir 8% mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambilnya. Responden yang tersisa (lebih dari 27%) menyatakan keraguan terhadap niat Pemerintah Indonesia untuk mendistribusikan vaksin Covid-19.

Hasil kajian WHO (World Health Organization) dan Kemenkes lainnya yaitu, beberapa masyarakat mengklaim bahwa pandemic ini hanya settingan dari propaganda, konspirasi, hoax, upaya yang disengaja untuk menyebarkan ketakutan melalui media mencari keuntungan. Persepsi masyarakat terhadap kesehatan & pencegahan penyakit juga berperan penting dengan banyak mempertimbangkan spiritualitas sebagai cara untuk menjaga kesehatan dan menangani penyakit.

Kemudian muncul istilah “Herd Stupidity” dari pakar epidemiologi, Pandu Riono Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ia menggambarkan sikap abai pemerintah dan masyarakat terkait pandemic Covid-19 sebagai kebodohan bersama yang menjadi corona di Indonesia tidak kunjuk mereda hingga beberapa hari belakangan mencatat kasus lonjakan Covid-19. Herd Stupidity seperti kebalikan dari Herd Immunity yang menjadi salah satu jalan untuk mengakhiri pandemi corona, masyarakat dinilai tidak kapok akan kasus Covid-19 contohnya masih banyak warga yang nekat mudik saat resiko transmisi corona semakin cepat, begitu juga dengan pemerintah dinilai Pandu tidak tegas dalam menurunkan kebijakan di lapangan.

POIN-POIN PENTING

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini mengajarkan kita semua untuk lebih tertib menjaga kesehatan dari berbagai ancaman penyakit.  Tertib tersebut merujuk kepada penggunaan masker, rajin mencuci tangan dan menggunakan sabun, menjaga jarak fisik dari orang lain termasuk apabila tetap ingin melaksanakan ibadah. Terkhususnya yang berada di zona merah penyebaran virus juga diharuskan menciptakan kondisi tertib dari aspek-aspek lainnya.

Sebagai masyarakat kita harus mampu untuk bertanggung jawab bagi diri sendiri dan orang lain sehingga tidak ada sikap yang menunjukkan ketidakpedulian dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, harus taat dan patuh pada prosedur kesehatan yang diberikan oleh pemerintah secara terus menerus.

Adapun tantangan komunikasi kesehatan bagi pemerintah, yaitu informasi tentang Covid-19 sangat cepat berubah. Dinas Kesehatan seringkali membuat perubahan-perubahan sosialiasi Covid-19 baik tentang gejala, alat pelindung diri bagi masyarakat, aturan-aturan yang harus diberlakukan, dan sebagainya. Kedua, masyarakat enggan mencari informasi yang valid.

Upaya mengedukasi masyarakat luas tentang pandemi COVID-19 juga dilakukan melalui akun Instagram Pandemic Talks. Kemudian ada vaksin yang menjadi upaya mencegah terpapar dari penyakit yang mewabah. Masyarakat diminta tidak lagi meragukan manfaat dari vaksin Covid-19 yang sudah melalui tahapan uji klinis yang ketat disertai pengawasan dari lembaga otoritas milik pemerintah, maupun lembaga internasional yang mengurusi kesehatan. Yang menjadi permasalahannya, sebagian masyarakat menolak vaksin Covid-19, berdasarkan survei yang sudah saya lakukan dengan bertanya kepada teman-teman yang secara pribadi enggan untuk di vaksin berikut alasan-alasan nya:

  • Karena adanya ketidakpercayaan atas pemerintah. Sudah menjadi rahasia umum kalau rakyat merasakan kekesalan terhadap pemerintah. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan. Seperti BPJS, banyak kasus BPJS yang tidak diterima di rumah sakit dan akibatnya banyak juga korban meninggal dunia akibat tidak dirawat menggunakan jaminan kesehatan tersebut.
  • Pemerintah terkesan tidak teliti dalam kesehatan. Terbukti dari banyak kasus ibu hamil yang seharusnya bisa melahirkan secara normal tetapi dibuat caesar agar rumah sakit dapat untung lebih besar dan kasus seperti ini bisa memicu trauma, bukan sekedar ketidakpercayaan kepada pemerintah.
  • Kasus seperti keluarga meninggal atau bekas jaitan caesar akibat kelalaian oknum rumah sakit dalam melakukan tugasnya, serta tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah terkait hal itu lah yang membuat masyarakat tidak percaya dan cenderung takut (karena trauma) apabila terlalu percaya dengan pemerintah khususnya pada bidang kesehatan.
  • Lingkungan. Beberapa dari mereka masih berasumsi “untuk apa vaksin? Toh orang jaman dahulu tidak vaksin juga tidak apa-apa”. Padahal menurut saya asumsi tersebut salah, karena pada dasarnya jaman dahulu makanan masih tergolong sehat, kebanyakan dari bahan-bahan alami, udara & air belum banyak tercemar.
  • Hoax konspirasi
  • Beredar konten menyesatkan di sosial media bahwa ketika kita di suntik vaksin tandanya akan nada chip berbahaya di dalam tubuh kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun