Mohon tunggu...
SITI SAHARA
SITI SAHARA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mencoba menjadi seseorang yang ingin abadi dalam tulisan

sedang menempuh pendidikan dibidang kesejarahan fakultas keguruan agar banyak belajar untuk diri sendiri dan dibagikan pada orang lain lewat apa yang di baca, lihat, dengar, analisis dan evaluasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aristokratis Penyulut Revolusi Perancis

17 Desember 2021   19:25 Diperbarui: 17 Desember 2021   19:33 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perancis yang sekarang kita kenal sebagai  Negara romantis.

Perancis sebagai pemeran utama dalam banyak sejarah dunia.

Perancis sang pemilik orang-orang kejam, nyatanya Perancis pada abad ke-18 merupakan Perancis yang penuh lika liku dan carut marut. Meskipun memang pada saat itu ada masa dimana orang Perancis berada dalam standar kehidupan yang lebih tinggi namun hal itu tidak berlangsung lama. Beberapa saat setelahnya, Perancis dihadapkan pada penurunan tajam stabilitas ekonomi ketika pemimpin Perancis dililit utang terakumulasi dan keterlibatan perang melawan Inggris dalam Revolusi Amerika.

Perancis dengan semilyar catatan sejarah luar biasa berabad-abad lamanya.

Pada tahun 1789 saat Perancis dipimpin oleh Raja Louis XVI (1774-1792) dengan krisis Negara yang tinggi,  Louis memang naik takhta saat Perancis dilanda keterpurukan ekonomi. Ia bahkan menjadi raja di usia nya yang terbilang muda, 19 tahun, mandat dari kakeknya Louis XV karena meninggal. Di tahun tersebut Perancis dililit utang negara dan defisit anggaran yang pelunasannya terganggu dan malah melakukan peminajaman dari negara lain dalam upaya pelunasannya. Dalam mengatasi permasalahan negara yang tak kunjung selesai ini, Louis pun menerapkan kebijakan untuk menarik pajak kepada kaum bangsawan yang termaktub pada Sidang Etats Generaux. Namun ternyata pihak bangsawan menentang kebijakan ini. Mengatasi hal ini, Louis mencoba mengaktifkan kembali sebuah jurnal khusus yang semula vakum. Jurnal ini bertugas untuk memutuskan kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelamatan ekonomi Perancis yang kemudian dianggap gagal oleh rakyat golongan ketiga (rakyat biasa) karena hanya memperjuangkan kepentingan golongan kesatu (raja dan bangsawan) dan kedua (tokoh agama) saja. Karena pajak hanya dibebankan kepada golongan ketiga dan terkadang mereka diharuskan membayar sewa kepada tuan tanah. Dalam hal ini terdapat adanya ketidakpuasan dari golongan ketiga sehingga mereka mengusulkan untuk dilakukannya pemungutan suara dalam Sidang Etats Generaux yang kemudian didirikan lembaga perwakilan tandingan (Assemble National) pada tanggal 20 Juni 1789 sebagai anggapan bahwa lorong revolusi hampir terbuka, golongan tiga mengumandangkan bahwa kelompoknya akan membuat keadaan lebih adil bagi mereka.

Pada tanggal 14 Juli 1789, para pemberontak itu pun memaksa masuk ke penjara Bastille (penjara yang dikhususkan bagi penentang kekuasaan raja Louis) yang diyakini terdapat sejumlah senjata dan amunisi sebagai simbol kekuasaan monarki serta melakukan pembebasan terhadap tahanan yang berada di sana. Penjara Bastille ini ialah simbol ke absolutisme-an raja. Simbol penyalahgunaan kekuasaan kerajaan dan bangsawan. Pembakaran, penjarahan, kerusuhan telah memenuhi seisi kota. Paris benar-benar berubah menjadi lautan teror. Pembobolan Bastille ini sejalan dengan simbol runtuhnya kekuasaan raja dan pengambilan kekuasaan oleh rakyat dengan semangat Liberte, Egalite, dan Fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan) yang tergambar dalam bendera Perancis kini.

Pada waktu yang bersamaan, saat Perancis dilanda kekacauan tak terelakkan, Ratu Marie Antoniette istri Louis XVI, si ratu belanja, gila berpesta, berjudi dan terlibat skandal perselingkuhan dengan diplomat Swedia, Count Axel von Fersen. Rakyat begitu geram melihat tingkah ratunya yang tidak bermoral dan malah membangun rumah megah (petit trianon) saat negara hampir bangkrut. Rumah ini merupakan hadiah ulang tahun dari raja dan dizinkannya merenovasi sesuai keinginannya. Ia bersikap acuh saat rakyatnya bahkan tidak bisa membeli makanan yang layak. Banyak pamflet beredar mengenai kebiadaban Ratu Marie maupun penggusuran penurunan Raja Louis dari takhta kerajaan. Penangkapan keduanya pada tahun 1789, dilanjutkan pemenggalan Louis XVI pada tanggal 21 Januari 1793 dan Ratu Marie Antoinette pada tanggal 16 Oktober 1793. Sorak sorai rakyat mengiringi kibasan pisau tajam yang memenggal sang ratu. Jasadnya, dimakamkan di pemakaman umum di Medellin, Colombia tanpa diberi identitas. Mereka di hukum dengan Guillotine atau sejenis hukum pancung penggal yang dianggap sedikit memanusiakan karena dapat menghilangkan nyawa dengan cepat namun ternyata lama kelamaan dinilai proses penghapusan dosa ini ialah yang paling sadis dan proses ini di tiadakan.

Setelah kejatuhan Bastille, rakyat kemudian membentuk suatu kelompok yang bernama Partai Komune Paris dan membentuk dewan nasional yang didalamnya ada perwakilan dari bangsawan dan tokoh agama. Dewan ini kemudian menyusun deklarasi hak asasi manusia Perancis pada tahun 1789-1791. Pada tanggal 27 Agustus 1789 Dewan Konstituante ini pun mengumumkan bahwa rakyat sebagai dasar dari pemerintah baru itu. Hingga pada 17 Juli 1790 Undang-Undang Perancis ini disahkan.

Dengan demikian berubahlah Perancis menjadi pemerintahan konstitusional yang membatasi kekuasaan raja. Sejalan dengan disahkannya Undang-Undang ini, terdapat pula perpecahan pada golongan ketiga yang tergabung dalam beberapa partai dimana kaum borjuis tetap ingin mempertahankan Perancis pada monarki konstitusionalnya dan yang lainnya memilih Perancis berbentuk republik. Perpecahan ini dimenangkan oleh partai Montagne yang kemudian melakukan pembentukan pemerintahan konvensi nasional yang dipimpin oleh Maximilien de Robespierre, seorang pengacara dari golongan ketiga. Pada pemerintahnnya ia melaksanakan politik teror dengan cara melakukan pembunuhan masal kepada kaum bangsawan yang menolak revolusi, termasuk diantaranya Raja Louis dan istrinya Mariie Antoniette yang dianggap berkhianat karena akan melarikan diri.

Nah kaum bangsawan yang memberikan reaksi terhadap pemerintahan teror Robespierre ini melakukan pemberontakan, mereka membentuk pemerintahan baru bernama direktori-direktori pemerintahan kolektif dengan kekuasaan eksekutif ada ditangan lima orang direktur. Salah satunya ialah Napoleon Bonaparte yang namanya mulai terkenal sejak dia memperoleh kemenangan dalam perang koalisi I yang terjadi antara Perancis dengan negara monarki absolut Eropa seperti Austria dan Rusia di masa konvensi nasional.

Apa yang terjadi jika seorang ahli matematika menjadi seorang Perwira militer seperti yang tergambar pada kisah hidup Napoleon Bonaparte ini ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun