Mohon tunggu...
Sholehudin A Aziz
Sholehudin A Aziz Mohon Tunggu... Dosen - Seorang yang ingin selalu bahagia dengan hal hal kecil dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk siapapun

Perjalanan hidupku tak ubahnya seperti aliran air yang mengikuti Alur Sungai. Cita-citaku hanya satu jadikan aku orang yang bermanfaat bagi orang lain. Maju Terus Pantang Mundur. Jangan Bosan Jadi Orang baik. Be The Best.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salut! Ketika Anak-anak Muda Melestarikan Ondel-Ondel Betawi

9 Oktober 2016   23:13 Diperbarui: 9 Oktober 2016   23:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Siapa tak kenal Ondel-ondel Betawi? Saya kira hampir semua mengenalinya. Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm. Boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. 

Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih sehingga sangat menarik untuk dilihat.

Di awalkemunculannya, ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi sebuah hiburan untuk dipertontonkan. Biasanya ondel-ondel ini dipertontonkan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun. 

Namun seiring berjalannya waktu, ondel-ondel ini semakin hari semakin langka di telan derasnya arus globalisasi dan kemajuan zaman yang serba digital dan canggih. Lama kelamaan, tradisi ondel-ondel ini bisa hilang dan jarang muncul ke hadapan public. 

Banyak alasan yang menyebabkannya. Diantaranya adalah minimnya dana untuk melestarikannya. Keenggapan generasi muda Betawi untuk menekuni dan mempelajarinya. Dan terakhir minimnya perhatian Pemda DKI untuk melestarikannya. Kondisi ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Bila tidak dilakukan langkah langkah pelestariannya maka saya takut pelan tapi pasti budaya unik dan menarik ini akan tenggelam dan hilang ditelan zaman.

Namun saya patut berbesar hati karena ternyata di beberapa wilayah di Jakarta terdapat sekelompok anak muda yang berusaha melestarikannya. Salah satunya dengan menjadikan Ondel-ondel sebagai pertunjukan keliling atau pertunjukan jalanan yang identik dengan “Ngamen”. 

Minggu lalu misalnya ketika saya sedang dalam perjalanan menuju Ciputat, tepatnya di jalan kertamukti Ciputat, saya menemukan sekelompok pemuda (sekitar 8-10 orang) sedang mempertontonkan ondel-ondel jalanan lengkap dengan atribut yang menyertainya plus iringan music tanjidor (tidak lengkap memang tapi ala kadarnnya) yang khas itu. Kehadirannya sangat menghibur masyarakat karena selain unik, menarik juga karena sangat langka ditemukan di hari-hari biasa.

Bagi saya, atraksi ondel-ondel jalanan ini patut di apresiasi sebagai salah satu langkah pelestarian budaya betawi yang kini mulai langka. Mengapa langka? Karena untuk bisa melihat atraksi ini, kita harus berkunjung ke kampung betawi di Setu Babakan Jakarta atau menunggu kegiatan Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan kegiatanhari besar lainnya yang digelar Pemda DKI yang diadakan setiap satu tahun sekali.  

Hebatnya lagi,saya melihat semua personil yang memainkannya sangatlah lihai dan piawai memainkan ondel-ondel ini, dan perlu di catat adalah ternyata mereka adalah anak-anak muda yang notabene sebagai pewaris kebudayaan Betawi yang sesungguhnya. 

Saya sangat berharap semoga generasi Betawi ini tetap exist menjaga budaya Betawi yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Salute untuk kreatifitas dan kepedulian sebagian kecil anak-anak muda Betawi di sekitar Ciputat ini dalam rangka melestarikan budaya betawi kebanggaan orang Jakarta dan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun