Mohon tunggu...
Lailatus Shoimah
Lailatus Shoimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan - Universitas Negeri Malang

saya suka akan hal-hal baru. sayapun tertarik dengan dunia pendidikan dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serunya Berbagi di Desa Ngadas

14 April 2016   01:29 Diperbarui: 20 April 2016   01:52 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumen Pribadi"][/caption]Desa Ngadas adalah salah satu desa yang terletak di tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Masyarakat disana mayoritas berprofesi sebagai petani ladang. Daerah ini memiliki beragam kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat, agama Budha sebagai agama mayoritas  dengan presentase 50%, agama islam 40%, dan agama hindu minoritas sebanyak 10%. 

Perbedaan keyakinan masyarakat ini, tak membuat mereka menjadi masyarakat yang terpecah belah, melainkan menjadi masyarakat yang hidup rukun, sejahtera dan menghormati sesama pemeluk agama. Mereka menganggap hidup heterogen bukannlah menjadi masalah dalam bermasyarakat karena mereka hidup dalam satu nusa dan satu bangsa sebagai Indonesia. Mereka paham betul bagaimana cara bersosial dan adat saling hormat menghormati, akan tetapi kepedulian akan pendidikan masih kurang.

Bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa telah mempertemukan kami dengan anak-anak emas Indonesia dari desa Ngadas. Anak-anak ini yang membuat mata kami terbuka lebar betapa minimnya pendidikan yang mereka terima, hanya sebuah keinginan dari pribadi mereka untuk mengenyam bangku sekolah. Kurangnya dukungan dari keluarga bahkan masyarakat setempat membuat mereka minim dalam pendidikan. Meskipun minimnya pendidikan yang mereka terima, bukan berarti mereka tak mempunyai impian. Impian yang ingin mereka capai ketika dewasa kelak.

Hal lain yang membuat kami kagum pada anak-anak ini adalah tak hanya sekolah yang mereka pikirkan, akan tetapi  mereka juga memikirkan bagaimana menjadi seorang anak yang berguna bagi kedua orang tuanya. Tak sedikit dari mereka yang biasanya membantu orang tuanya bekerja di ladang setelah pulang sekolah. 

Meski mereka bertempat di daerah yang jauh dari kota, namun kognitif mereka tidak kalah dengan anak kota. Semangat anak – anak untuk bersekolah sangat jelas terlihat saat mereka mengikuti setiap kegiatan pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas. Hanya saja, kurangnya fasilitas penunjang pendidikan yang menjadi faktor utama penghambat kemajuan pendidikan disana. Seperti kurangnya tenaga pendidik dan kependidikan.

[caption caption="Dokumen Pribadi"]

[/caption]


Saat kami datang ke SDN 01 Ngadas,  mereka sangat senang dan kami disambut dengan senyuman hangat yang tergambar dalam ekspresi wajah mereka. Karena bagi mereka kedatangan kami seperti pembuka pintu harapan untuk mereka. Yakni harapan dalam berbagi ilmu, berbagi pengalaman dan lain- lain. Saat kami bertanya kepada mereka tentang cita – cita, semua serentak mengacungkan tangannya. “Saya mau jadi dokter kak!!” teriak salah satu anak kelas 3. “Saya mau jadi guru di sekolah kak!!” sahut anak-anak yang lain. 

Mereka memiliki harapan serta keinginan yang tinggi untuk merealisasikan cita – cita nya. Kami sebagai volunteer pengajar hanya dapat memberikan motivasi serta dukungan bagi mereka agar mereka terinspirasi dan berusaha meraih cita-cita yang mereka inginkan. tak hanya itu kami juga diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dengan mereka. 

Misalnya berbagi tentang Nasionalisme dengan mengenalkan lagu Indonesia Raya dan berbagai lagu nasional. Membagi sedikit pengetahuan kami tentang pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran Bahasa Inggris. Lalu berbagi tentang cara membuat tentang kerajinan dari barang bekas seperti plastic dan lain- lain.

Meski tak banyak ilmu yang bisa kami berikan untuk adik-adik SDN 01 Ngadas, setidaknya kami bisa berbagi ilmu dan canda tawa bersama mereka dalam kesederhanaan kami. Yang merupakan sebuah anugrah dan kenikmatan tersendiri bagi kami. Kenikmatan yang kami rasakan saat berbagi dengan mereka ibarat pohon yang sedang berbuah, dimana buahnya dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun