Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak di Menit Terakhir

5 Mei 2021   06:15 Diperbarui: 5 Mei 2021   06:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. Abdul Mu'ti (Foto Suara Muhammadiyah-Republika)

Wisma Haji tak bisa digunakan karena ada yg sudah diterima pesanan pesta kawinan. Begitu kata otoritas di lembaga itu. Hanya 1 jam, sesudah makan sore di Rumah Wako Padang Panjang, di temaram malam antara Padang Panjang-Padang,  saya di belakang mobil Ma'ruf Amin. Saya  terdesak akibat perubahan itu. Saya linglung. Besok paginya, Rabu pukul 8,  ke mana tempat peluncuran buku Kiyai ini dipindahkan?.

Akhirnya seorang tokoh  dari lembaga lain memberikan jalan. Maka jadilah acara

itu di sebuah Hotel berbintang yg laik di kota ini. Kami terpaksa rapat darurat malam itu dengan Tim Jokowi-Ma'ruf. Oleh karena yang membawa ke UIN  adalah usulan saya. Sekarang batal, dan saya harus tanggungjawab.

Banyak sumpah serapah ke pribadi dan keluarga saya. Semua akhirnya tahu Prabowo-Sandi Menang 86 persen di Sumbar.  Akibatnya euforia terjadi di Sumbar. Pendukung Jokowi kena getahnya. Ada yg diberhentikan di staf ahli di sebuah lembaga terhormat dan diangkat yang baru dan mungkin secara kualitas sama saja.

Covid-19 memberi hikmah. Saya melakukan tugas dari luar Padang dengan tatap mata-virtual.  Menurut teman tertentu, saya selamat dari cacian yang tak suka kalau saya di Padang memasuki agenda Pilkada kemarin. Untuk hajat demokrasi kali ini, saya tiarap. Meski semua calon ada yang sangat dekat secara pribadi. Ada juga yang tidak suka dengan saya tetapi dia sangat membantu Muhammadiyah.  Saya tetap pelihara silaturrahim-komunikasi dengan beliau. Meski hampir tak pernah balas WA saya.

Beda dengan 2015. Pada bulan Maret waktu  itu saya menyatakan dukungan pribadi di hadapan 350 pemuda Muhammadiyah di suatu tempat di luar kota Payakumbuh. Almarhum Pak Kasim yang sering makan siang dengan saya dan Uda Basril Djabar kirim sms. Nadanya agak membuli. Tetapi kami tetap baik.  Waktu itu saya selesai menjabat Komisaris Semen Padang dan istirahat dari struktur Muhmmadiyah. Dan memang Prof Irwan dan pasangannya menang Pilgub 2015.

Pilkada  kali ini saya tidak menyatakan pendapat pribadi meski saya punya instink.  Mahyeldi dan pasangannya  yang menang. Bukan hanya instink, tetap saya sudah punya data dan firasat.  Meski warga Muhammadiyah sempat "perang" di media. Saya tetap tiarap. Ada yg mengarahkan ke satu pasangan. Eh, ternyata kepada saya disampaikan ada puluhan pendukung Muhammadiyaah utk 3 pasangan lain. Dan surprise ada ratusan pendukung Mahyeldi yang tiap pekan memberi informasi . Saya cek ke pihak tertentu ternyata benar.

Kembali ke Prof AM. Saya minta info dari beliau langsung. Tetapi belum dijawab. Asumsi saya (1) Beliau baru salat istikharah sesudah bilang setuju ke istana dan Nadiem. Tetapi tentu istana dan Nadiem tidak bisa serta merta mengganti dengan salah satu dari  seribuan Profesor di 175 Universitas dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Indonesia dan di luar negeri; 

(2) kolektif-kolegial dalam setiap hal yg strategis selalu dimusyawarahkan dalam Muhammadiyaah. Hal itu  membuat Prof AM baru sadar setelah menyatakan setuju. Beliau belum sempat musyawarah di PPM karena waktu mepet;

(3) ada para opposan  di Muhammadiyah yg tak setuju dg Prabowo-Sandi membantu Kabinet Jokowi. Karena dulu mereka di belakang Prabowo-Sandri pada Pilpres 2019.  Di antara17 PPM hanya beberapa orang  perkiraan saya tahun 2019 yg pro-Jokowi. Itu pun dalam diam. Menyatakan pendapat peribadi pun tidak.

 Meski Jokowi hadir pada 2 kali Tanwir Muhammadiyah di Maluku Februari  2017 dan di Bengkulu Februari  2019 . Jokowi sering di depan warga Muhammadiyah bilang isterinya Iriana dulu mahasiswi UMS Surakarta Di antara anak dan cucunya lahir di RSM Solo.  Buya Syafii di BPIP. Prof Muhajir Menko PMK. Mungkin ada yg lain juga. Tetapi belum sebanding dg bakti Muhammadiyah ke negeri dan NKRI sejak 108 th lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun