Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tokoh Muda Minang: Esa Hilang Dua Terbilang

31 Juli 2020   15:39 Diperbarui: 31 Juli 2020   15:39 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata-kata itu, Lelaki ini  seakan sudah mendapat angin bahwa Komut hanyalah langkah pertama Saldi memasuki wilayah beban tanggungjawab kenegaraan.  Di luar tugas pokoknya sebagai Guru Besar di Unand. Atau tafsiran  lainnya, ada ketidaknyamanan Saldi terus menjadi Komut. Pikiran lelaki itu melayang ke beberapa tahun silam. Waktu lelaki itu Komisaris, debu corong  Pabrik Indarung menimpa Sebagian Kawasan Ulu gadut Perumahan Dosen Unand.

Saldi sukup vocal terhadap hal itu. Bahkan Saldi pernah bilang bahwa keberatan itu sudah dilayangkannnya ke Pusat dan beberapa instansi terkait. Waktu itu, karena merasa dekat dengan Saldi, lelaki itu secara bijak diam saja. Tetapi di dalam rapat Komisaris dan Direksi, hal itu disampaikan dengan baik dan santun supaya menjadi perhatian. 

Dan Direksi menerangkan bahwa kabut asap yang mengandung partikel halus itu hanya ketika menghidupkan awal pabrik yang berganti-ganti pada Pabrik yang tua. Sedang Pabrik yang baru, tidak sama sekali. Itu hanya terjadi ketika listirik mati.  Kemudian pabrik dihidupkan  lagi.

Sekarang, Lelaki itu membalik kembali memori kogninitifnya. Sejak masa awal reformasi, Saldi adalah anak muda yang vokal. Dia masih ingat di Masjid Raya Taqwa Muhammadiyah Pasar Raya, Saldi,  bersama pemuda Muhammadiyah pada  awal reformasi dan pasca reformasi, sering kumpul.  Tahun 1998,  1999 dan 2000, Saldi menjadi patron pemuda-pemuda itu. Saldi berkata keras dan  kritis soal korupsi.

Apalagi waktu itu, ada kasus yang dikenal dengan korupsi berjamaah pada DPRD Sumbar 1999-2004. Beberapa orang anggota dewan dari kalangan Muhammadiyah pada beberapa partai Politik, merasa tidak nyaman. Saldi mendapat tekanan. 

Bahkan singkat cerita, Saldi hampir tidak mau lagi dekat dengan komunitas yang semula menjadi tikar awal namanya dikenal. Bukan karena apa-apa, tetapi komunitas itu sudah mengucilkannya karena ada pihak tertentu yang amat tersinggung oleh vokalnya suara Saldi waktu itu.


Dan Saldi memang ibarat pepatah.  Esa hilang dua terbilang. Dia tekun berkonsentrasi bukan lagi dengan cara lama tetapi dengan pedang ilmu dan analisisnya. 

Saldi menjadi penulis "kondang" di media nasional. Tak banyak tokoh Minang yang menulis di koran nasional  waktu itu. Bahkan, di Koran Kompas,setelah generasi almarhum Prof Hendra Asmara, beberapa dekade sebelumnya, Saldi boleh disebut pelanjutnya.

Tulisannya ditunggu untuk dibaca di koran lokal dan nasional. Suaranya dinanti di forum-forum nasional. Bahkan selama hampir dua minggu beberapa tahun lalu Saldi berkeliling Amerika atas undangan luar negeri itu menjajakan betapa korupsi harus diberantas di negerinya. Untuk  yang terakhir ini, Lelaki itu secuil punya kenangan.

Suatu kali, sekitar 10 tahun lalu. Mendadak ada telepon dari Kedubes AS. Di ujung telepon, staf Kedubes AS bilang, tolong Pak carikan kandidat yang akan kirim ke AS. Waktunya sangat mendesak. "Kenapa bukan saya saja?" Kata lelaki itu. "Maaf, Pak. Tidak boleh dalam masa 7 tahun seorang yang sudah dikirim ke AS oleh Pemerintah ikut program yang diatur Pemerintah." " Baik, saya paham", kata lelaki itu.

Lelaki itu baru 2 tahun sebelum ini,  ikut progam IVLP (International Visitor Leadership Program) on Democracy. Program sepanjang satu bulan itu membawanya dari Utara ke Selatan dan dari Barat ke Timur di  sebagian besar kawasan negara federal AS itu. Dan itu kunungannya ke delapan atas seponsor pihak lain sejak 1980 sampai dengan 2005.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun