Mohon tunggu...
shofi lailiyatul ula
shofi lailiyatul ula Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN sunan kudus

Fakultas ushuluddin

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Dari pesantren untuk negeri:peran strategis santri dalam merawat NKRI

18 Oktober 2025   12:00 Diperbarui: 18 Oktober 2025   11:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober bukan sekadar seremonial, melainkan pengakuan atas peran penting para santri dalam sejarah dan pembangunan bangsa Indonesia. Santri tidak hanya dikenal sebagai penghafal kitab dan ilmu agama di pesantren, tapi sudah terbukti sebagai pilar utama dalam menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak masa penjajahan sampai era digital saat ini.

Secara sejarah, peran santri sangat krusial, terutama lewat Resolusi Jihad yang dikeluarkan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi tersebut menjadi panggilan suci bagi umat Islam, khususnya santri, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan dari ancaman penjajahan kembali Belanda. Momen ini memicu pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November, yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan.

Namun, kiprah santri tidak berhenti pada masa revolusi fisik. Mereka terus hadir dalam berbagai sektor kehidupan, sebagai pendidik, ulama, pemimpin sosial, politisi, hingga pengusaha. Pendidikan pesantren membentuk mereka tak hanya religius tapi juga nasionalis dan berjiwa pemimpin.

Karakter santri yang menekankan kesederhanaan, sikap rendah hati, semangat menuntut ilmu, serta kedekatan dengan masyarakat menjadi modal sosial penting dalam menjaga persatuan bangsa yang majemuk. Di tengah tantangan polarisasi politik dan konflik identitas yang kerap muncul, santri tampil sebagai penengah yang membawa kedamaian dengan nilai-nilai Islam yang inklusif.

Kini, tantangan yang dihadapi NKRI bukan lagi senjata, melainkan disinformasi, radikalisme, dan perpecahan akibat penyalahgunaan teknologi digital. Santri di era modern ini dituntut aktif bukan hanya dalam majelis taklim, tapi juga di dunia digital sebagai agen literasi, penyebar pesan damai, serta penjaga moral bangsa di tengah arus globalisasi.

Banyak pesantren yang kini mengintegrasikan kurikulum agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengajarkan coding, jurnalistik, ekonomi syariah, dan kewirausahaan tanpa melepas akar keislamannya. Ini menandakan adaptasi santri dengan zaman dan peran penting mereka dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, negara wajib memberikan dukungan penuh agar pesantren bisa terus berkembang sebagai lembaga pendidikan strategis yang melahirkan kader bangsa berintegritas. Undang-undang Pesantren yang sudah disahkan adalah langkah maju pengakuan negara terhadap peran pesantren dalam pendidikan nasional.

Singkatnya, santri bukan hanya penjaga tradisi, tapi juga agen perubahan. Dari lembaga sederhana bernama pesantren lahir pemikir, pejuang, dan pemimpin yang setia pada nilai Pancasila, UUD 1945, dan semangat kebangsaan. Santri tidak menolak modernitas, selama tetap berpegang pada nilai agama dan nasionalisme. Dengan semangat “hubbul wathan minal iman” (cinta tanah air sebagian dari iman), santri akan terus menjadi penjaga kokoh keutuhan dan kedaulatan NKRI

Kesimpulannya, santri adalah pilar penting bangsa yang bukan hanya menjaga tradisi keagamaan, tapi juga terus beradaptasi dengan zaman untuk menjaga persatuan dan kedaulatan NKRI. Dengan karakter rendah hati dan semangat nasionalisme, santri jadi agen perdamaian dan perubahan yang krusial di era modern. Yuk, kita dukung peran santri agar terus melahirkan pemimpin bangsa yang berintegritas dan cinta tanah air! 🇮🇩.

Semoga artikel ini bermanfaat🙏🏻

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun