Jika bicara tentang politik lokal di Aceh, nama Illiza Sa'aduddin Jamal pasti sudah tidak asing lagi. Beliau pernah menjabat sebagai Wali Kota Banda Aceh (2014-2017) dan pada periode saat ini (2025-2030). dan ia di kenal sbagai salah satu tokoh perempuan yang cukup vokal soal penerapan syariat islam.Â
Menariknya, di tengah politik Aceh yang mayoritas di pimpin oleh laki-laki, sosok Illiza justru tampil sebagai sosok pemimpin perempuan yang tegas dan berani. Sedikit berbeda dengan visi misi saat menjbat dulu, yang dikenal sangat kental akan syariat karena Aceh yang di labeli dengan Kota Syariat, pada periode kali ini karna Illiza di dampingi oleh Wakil yang masih terbilang muda Afdhal Khalilullah maka visi misi kali ini yaitu "Banda Aceh Kota Kolaborasi" membawa warna baru yang banyak di bicarakan oleh kalangan muda khususnya Gen Z.
Bagaimana pandangan anak muda sekarang, khususnya Gen Z terhadap sosok Illiza? apalagi Gen Z yang di kenal kritis, aktif di banyak media sosial, dan bakal jadi pemilih utama di masa depan.
Illiza di Mata Gen Z
Saya coba mewawancarai salah satu Gen Z, Rauzatun Taslia mahasiswa Universitas Syiah Kuala jurusan Ilmu Hukum. Menurut responden, Illiza di lihat sebagai sosok yng tegas dan konsisten. "Saya ingat beliau fokus pada penerapan syariat islam. Tapi, buk Illiza juga memperhatikan pendidikan dan pembangunan. Bagi saya pribadi, beliau bisa di jadikan sosok inspiratif karna jarang ada pemimpin perempuan di Aceh." ucap rauza.
Bagi sebagian anak muda, Illiza adalah simbol perempuan Aceh yang bisa tampil memimpin tanpa kehilangan identitas religius dan membuka pandangan bahwa perempuan juga bisa punya suara yang kuat di ranah publik.
Responden juga menambahkan soal gaya kepemimpinan Illiza dulu dengan sekarang agak sedikit berbeda "menurut saya, visi misi yang Buk Illiza bawa sekarang itu lebih hidup dan mudah di terima sama kalangan anak muda daripada dengan gaya kepemimpinan dulu yang agak sedikit kaku, tapi keduanya masi melekat sisi religiusnya. visi misi sekarang mudah di terima karna anak muda sekarang pengennya ikut terlibat nggak cuma jadi penonton, jadi misi seperti pemberdayaan generasi muda dan olahragajuga nyambung dengan kebutuhan kita. Tapi tantangannya gede juga, Gen Z itu di kenaal dengan transparan dan inovatif, jadi nggak sabar kalau programnya lama di realisasikan atau cuma jadi slogan" ujarnya.
Di periode kali ini, Illiza menekankan pentingnya kerjasama dan partisipasi masyarakat. Ada tujuh misi besar yang di usung, di antaranya :
* meningkatkan pelayanan dasar,
* memperkuat tata kelola pemerintahan yang adaptif dan inovatif,
* memperluas kemitraan pembangunan,
* memberdayakan generasi muda dan memajukan olahraga,
* menjaga nilai agama, budaya, dan lingkungan.
Jadi, bagi sebagian Gen Z kebijakan pada kepemimpinan Illiza pada dua periode itu adalah Illiza di periode pertama terkesan lebih menegakkan dan memperketat syariat islam dan kedisiplinan, juga program pemberdayaan perempuan, meski ini punya banyak sisi positif terlebih bagi agama, tetpi menurut sebagian kalangan muda ini agak kaku dan ruang aspirasi untuk masyarakat jadi tidak terlalu terbuka.Â
berbeda dengan visi misi pada periode kali ini yang lebih luas dan di kenal lebih terbuka, merangkul lebih banyak pihak salah satunya Gen Z, apalagi mengusung olahraga, pemberdayaan generasi muda, dan kelestarian lingkungan yang sangat relevan dengan kalangan muda. Tetapi harapan semua orang pastinya visi misi ini dijalankan tidak hanya sebagai slogan saja.
Jika Illiza berhasil menjawab harapan ini, ia bukan hanya sekedar "pemimpin perempuan" yang konsisten, tapi bisa menjadi pemimpin zman sekarang-tegas, sekaligus kolaboratif, religius sekaligus inovatif. Dan bagi Gen Z, itu bukan sekedar pretasi politik, tapi juga inspirasi bahwa Aceh bisa maju tanpa kehilangan jati dirinya sebagai Kota Syariat.