Mohon tunggu...
esa
esa Mohon Tunggu... pelajar

hobi saya membaca buku dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Brem, Si Manis dari Jawa Timur

6 Agustus 2025   08:27 Diperbarui: 6 Agustus 2025   08:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.suarasikap.com/2019/12/brem-makanan-tradisional-khas-madiun.html?m=1

Brem adalah makanan khas yang berasal dari Kabupaten Madiun, tepatnya berasal dari Desa Kaliabu dan Desa Bancong. Asal-usul brem tidak bisa lepas dari tradisi masyarakat agraris di Pulau Jawa dan Bali yang sudah mengenal metode fermentasi sebagai metode pengawetan sejak ratusan tahun yang lalu. Di Jawa Timur, terutama di kota Madiun, brem padat digunakan sebagai camilan khas daerah yang juga sering digunakan dalam acara tradisional seperti pernikahan ataupun syukuran panen.

Salah satu daya tarik makanan brem ini adalah rasanya yang begitu unik. Brem Padat memiliki sensasi manis yang berpadu dengan rasa yang asam dan memiliki aroma khas fermentasi yang ringan. Memiliki tekstur yang kering dan mudah meleleh yang memberikan sensasi dingin di lidah.

Brem bukan hanya sekedar makanan. Ia telah menjadi bagian dari identitas budaya lokal. Di Madiun, brem bahkan menjadi oleh-oleh khas yang wajib di beli wisatawan. Banyak industri rumahan dan UMKM yang menggantungkan penghidupan dari produksi brem, yang menjadikannya simbol ekonomi kreatif lokal.

Selain itu, brem juga kerap hadir dalam acara-acara tradisional dan spiritual, melambangkan pembersihan batin, kesucian niat, atau rasa syukur. Dalam upacara adat atau hajatan masyarakat Jawa, brem sering dijadikan bagian dari sesaji atau sajian simbolik yang menyertai doa-doa dan harapan baik.

Kehadirannya memperkuat makna budaya dan nilai spiritual dalam setiap peristiwa.

Untuk membuat brem padat, bahan dasarnya adalah beras ketan putih atau ketan hitam. Beras ketan tersebut direndam terlebih dahulu, lalu dikukus hingga matang. Setelah itu, ketan yang sudah matang dicampur dengan ragi tape dan didiamkan dalam wadah tertutup selama dua hingga tiga hari untuk proses fermentasi. Dalam proses ini, ragi memecah pati dalam ketan menjadi gula dan sedikit alkohol.

Dari fermentasi tersebut, akan terbentuk dua bagian: cairan dan endapan padat. Cairan biasanya digunakan untuk brem cair (seperti yang umum di Bali), sedangkan endapan padatnya diolah lebih lanjut menjadi brem padat. Endapan ini kemudian dikeringkan, dicetak, dan dijemur atau dipanaskan hingga menjadi produk siap konsumsi. Meskipun terlihat sederhana, proses pembuatan brem memerlukan keahlian khusus, terutama dalam menjaga kualitas rasa dan fermentasi agar tidak terlalu asam atau terlalu keras.

Sebagai warisan kuliner fermentasi Indonesia, brem memiliki tempatnya sendiri di dalam hati masyarakat. meskipun perkembangan zaman membawa makanan-makanan modern, brem tetap bertahan karena keunikan rasanya, nilai budayanya, serta peran sosialnya yang kuat. Bahkan kini, banyak inovasi yang dilakukan untuk mengemas brem dalam bentuk yang lebih modern, dan memiliki banyak variasi rasa seperti coklat, stroberi, atau dalam bentuk snack ringan. Inovasi ini tidak hanya menarik minat generasi muda, tetapi juga memperluas pasar brem ke berbagai kalangan. Dengan tampilan yang lebih menarik dan rasa yang bervariasi, brem mampu bersaing di tengah gempuran makanan kekinian. Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya.

Inovasi dalam pengemasan dan pemasaran brem turut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan makanan tradisional ini di tengah persaingan industri kuliner modern. Banyak pelaku usaha mikro dan menengah yang mulai memanfaatkan platform digital seperti media sosial dan marketplace untuk memasarkan brem ke pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah dan mancanegara. Hal ini menunjukkan bahwa brem tidak hanya bernilai secara budaya, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan jika dikelola dengan baik.

Pemerintah daerah setempat pun turut berperan dalam mendukung keberadaan industri brem, baik melalui pelatihan kewirausahaan, promosi pariwisata, maupun penyelenggaraan festival budaya yang menjadikan brem sebagai salah satu ikon utama. Misalnya, dalam acara-acara seperti Festival Brem dan Tape Madiun, masyarakat diajak untuk lebih mengenal sejarah, proses pembuatan, hingga menikmati beragam olahan berbahan dasar brem. Kegiatan seperti ini tidak hanya meningkatkan daya tarik wisata, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap produk lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun