Mohon tunggu...
Shindy Ainun
Shindy Ainun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Halo saya mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Teknologi Yogyakarta

Hobi saya adalah membaca novel, dan tidak suka keju

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara ke Laut Jepang Menurut Pandangan Neo-Realisme

8 November 2022   17:50 Diperbarui: 17 November 2022   05:03 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Terjadinya peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara ke Laut Jepang mengakibatkan hubungan antara Jepang dan Korea Utara semakin memanas. Mengenai hal ini masyarakat Jepang geram terhadap tindakan tersebut, dimana orang-orang yang berada di daerah yang dilewati jalur rudal harus segera berlindung. Dikabarkan bahwa peluncuran rudal ini dilakukan hanya untuk latihan militer Korea Utara, sedangkan tanggapan Negara Jepang, mengatakan bahwa rudal yang diluncurkan Korea Utara telah memasuki perairan Laut Jepang, yang dimana dianggap bahwa tindakan Korea Utara ini melanggar norma internasional yang telah ditetapkan oleh PBB.


Para elit global serta masyarakat berpendapat sama mengenai tindakan Korea Utara yang telah melanggar aturan yang ditetapkan oleh PBB, tidak hanya itu Pemerintah Jepang juga akan mengadakan pertemuan dengan dewan keamanan Nasional untuk membahas situasi tersebut, dan juga mengutuk keras tindakan Korea Utara yang telah meluncurkan rudal balistik melewati negaranya, yang merupakan bentuk tindakan kekerasan yang tidak bisa diterima karena mengancam perdamaian dan keamanaan, dan juga Menteri pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan bahawa Jepang tidak akan mengesampingkan opsi apapun termasuk serangan balik terhadap rudal Korea Utara dikarenakan bisa menimbulkan konflik antara Jepang dan Korea Utara.


Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyebut peluncuran rudal balistik Korea Utara itu "keterlaluan". Dia mengecam keras tindakan Korea Utara sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan keselamatan warga di wilayah tersebut. Uji coba rudal Korea Utara telah menarik perhatian global yang serius dan memaksa tanggapan internasional. Menanggapi situasi tersebut, Jepang mengeluarkan resolusi baru PBB yang memberlakukan berbagai sanksi terhadap Korea Utara karena melakukan uji coba rudal. Jepang melakukan apa yang dapat  dilakukan untuk menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap peluncuran rudal Korea Utara, meskipun membutuhkan lebih banyak sumber daya. Menanggapi tindakan tersebut, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengeluarkan resolusi baru yang menjatuhkan sanksi keras terhadap Korea Utara, yang terberat yang pernah dikenakan pada Korea Utara.


Dalam kasus ini otoritas Korea Selatan dan Jepang telah menyatakan bahwa Korea Utara memang telah meluncurkan rudal balistik ke wilayah perairan jepang. Hal ini merespons kegiatan kedua negara tersebut yang tengah melakukan latihan gabungan militer dengan AS.Negara Jepang memanfaatkan teknologi-teknologi pendeteksi radar ini seperti, BMEWS dan MIDAS yang kemudian dijadikan untuk pertahanan sistem peringatan dini tentang adanya peluncuran rudal balistik milik Negara Korea Utara yang melewati Jepang. Kemudian Secretariat Cabinet Civil Protection Portal Site milik Jepang menciptakan terobosan teknologi yang bermanfaat untuk menunjang pertahanan udara yang bernama J-Aler. Sistem ini dibentuk bertujuan untuk memberikan peringatan kepada seluruh masyarakat Jepang yang di wilayahnya telah terpasang alarm ini untuk mendengarkan atau Jepang memberlakukan Undang-undang tentang tindakan untuk Perlindungan Rakyat dalam situasi penyerangan bersenjata, dan lainnya (Civil Protection Law) untuk membuat seluruh elemen sepenuhnya siap menghadapi bahaya yang kemungkinan mengancam dengan melakukan tindakan yang tepat dan upaya untuk perlindungan diri.


Dilihat dari pandangan neo-realisme, mereka memandang perilaku Negara yaitu anarki, sistem anarki ini memunculkan sikap ragu-ragu dan ketidakpastian dari negara-negara yang pada dasarnya bersifat rasional, yang kemudian membuat kemungkinan-kemungkinan, ketika suatu hubungan kerja sama dilakukan, terjadi kompleksitas, jadi Negara adalah penentu berdasarkan sistem akibat terjadinya fenomena interdependensi. Namun dibalik sikap interdependensi, nyatanya Negara-negara ini berambisi untuk saling mengalahkan satu sama lain.

Pandangan neo-realisme muncul dari kritik terhadap pemikiran-pemikiran realis yang dirasa tidak dapat mendefinisikan keseimbangan, kemudian para pemikir neo-realisme mengembangkan pemikiran-pemikiran berdasarkan perbebedaan variabel bebas dan tidak bebas, dan juga menerapkan teori-teori realisme klasik untuk kerangka kontemporer.


Pemikiran neo-realisme sangat berguna bagi kita, untuk dapat memahami politik dunia sebagai fenomena yang sistemik dan berlogika, serta keteraturannya dalam memandang pilihan tindakan yang akan diambil atau keputusan yang diputuskan Negara. Perilaku  keseimbangan dari Negara melakukan usaha untuk selalu memelihara posisi mereka agar tetap stabil dalam sistem tertentu dengan menggunakan kekuatannya dan memanfaatkan usaha serta tekanan dari Negara lain untuk menjadi Negara terbesar kekuasaan.


Pendekatan neo-realisme terhadap kasus peluncuran rudal Korea Utara ke Jepang ini, adalah suatu kasus yang dimana disengaja untuk menarik ulur kepastian kebijakan terkait nuklir. Korea Utara ini sadar apa yang telah dia lakukan, membuatnya masuk dalam situasi anarki, Korea Utara memahami bahwa bukan hanya negaranya yang memiliki kekuatan militer, akan tetapi Negara-negara lain juga memiliki kekuatan militer. Korea Utara dengan berbagai caranya berusaha untuk bertahan hidup dan lebih memilih menjadi Negara yang selalu ingkar dan melanggar kesepakatan-kesepakatan perjanjian yang telah disepakati karena sadar atas ketidakpastian yang membahyakan kepentingan nasional negaranya. Sikap rasional yang dimiliki Korea Utara juga merupakan sikap yang dimiliki Negara-negara lain yang juga memiliki tujuan untuk menghentikan kebijakan pengembangan teknologi nuklir.


Keinginan Korea Utara adalah berinterpendensi yang tidak mengikat, pemikiran ini membuat Korea Utara yang seakan-akan tunduk dan mematuhi perjanjian yang disepakati, padahal Korea Utara melakukan seri pengembangan energi nuklir yang dilakukan secara rahasia. Korea Utara maupun Negara-negara lain ini berusaha untuk saling bersaing dan mendominasi satu sama lain.


Dilihat dari pandangan neo-realisme ini, Korea Utara mau berkonsistensi dalam perjanjian-perjanjian yang telah disepakati, merupakan usaha Korea Utara untuk melakukan keseimbangan kekuasaan, di sisi lainnya Korea Utara mendapatkan keuntungan-keuntungan sumber daya energi lain seperti tenaga surya dan udara, dan juga secara diam-diam Korea Utara tetap melakukan pengembangan teknologi nuklir, yang berguna untuk tetap mendapatkan posisi yang stabil dalam sistem internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun