Mohon tunggu...
Shilma Wafia
Shilma Wafia Mohon Tunggu... Mahasiswa - silma

ma'had Aly nurul burhany

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Figur Kiai Muslih Mranggen Sifat Ketawadhuannya

30 November 2021   23:58 Diperbarui: 1 Desember 2021   00:21 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Figur Kiai Muslih Mranggen Sifat Ketawadhu’an nya

            

“Ilmu yang didapat selama nyantri harus diamalkan dan harus terasa manfaatnya bagi sendiri, keluarga dan lingkuangan sekitar. Jadi santri tidak boleh ragu menolong kanan kiri. Kalau ada yang dating minta obat, minta air. Bacakan do’a sebisanya. Kamu semua agar Tawadhu’. Agar selalu merasa berada ditelapak kaki manusia . Merasa hina”. (dikutip dalam buku “kiai muslih mranggen sang penggerak dan panutan sejati”).

Figur kiai Muslih Mranggen sifat ketawadhu'an nya

Mranggen, Kamis 25 November 2021. Adalah hari dimana mengenang guru-guru kita sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, salah satu nya guru kita atau disebut Murabbi aruhi menjadi tauladan bagi kita semua apalagi dari kalangan Santri. Yang mengajarkan banyak hal terutama tentang memuliakan perempuan. 

Banyak dari kalangan alumni Pondok Pesantren futuhiyyah yang tidak asing dengan Mbah Muslih Mrangen adalah figur ulama yang sangat penting bahkan selain dikalangan masyarakat luas baikdari tingkat lokal, regional komplit. Beliau adalah sosok seorang Tarekat Qodariyah wa Nasqabandiyah yang mahir dalam ilmu agama mulai dari ilmu fikih, tauhid, tasawuf. Tapi bagaimana  Kiai muslih memandang perempuan ?

Salah satu alumni futuhiyyah beliau Bernama Moh. Salafudin SHI, beliau penerima besiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama dan duta santri. Pada bulan puasa kemarin beliau sowan kepada Kiai Yasin, pengasuh pondok pesantren  Al-Falah Srumbung Bergas kabupaten Semarang yang merupakan salah satu murid sepuh kiai Muslih Mranngen. Suatu hari , cerita kiai Yasin , ditahun 1970-an, kiai Muslih mengajak Yasin Santri menghadiri sebuah acara NU di Stadion Tri Lomba Juang Semarang. Kiai muslih diundang sebagai salah satu tokoh ulama yang Dituakan, Kiai Muslih naik dokar menuju lokasi acara yang berjarak kurang lebih 20 km. Sampai lokasi, kebetulan saat itu perempuan-perempuan NU (fatayat) sedang menyanyikan lagu “Syubanul Wathan”. Seketika, beliau tidak memasuki stadion, melainkan langsung Kembali ke Mranggen. Keputusan ini menimbulkan banyak pertanyaan dibenak kiai Yasin santri “sudah sampai ko malah pulang lagi”. 

Sepanjang perjalanan pulang Yasin santri tidak berani bertanya pada kiai muslih. Waktu ditengah-tengah perjalanan beliau menjelaskan alasan mengapa tidak jadi memasuki kegiatan. Kiai Muslih berpesan “jangan suka mendengarkan suara perempuan karena kalau suka pemmendengarkan suara peperempuan, nanti di Akhirat tidak bisa mendengarka suara gesekan daun surga”. 

Dalam kitab Shahih muslim  pada konteks tertentu, perempuan justru memiliki posisi istimewa dalam islam. Rosulullah SAW bersabda “surg aitu terletak dibawah telapak kaki ibu. Sikap yang diambil kiai Muslih merupakan satu mahzab  tersendiri bagaimana seorang kiai memuliakan perempuan.  

Mbah Muslih juga mempunyai jiwa yang disiplin, walaupun banyak jadwal kegiatan pondok beliau masih meyempatkan untuk menulis kitab-kitab. Sebelum beliau berangkat mengaji beliau Memutholaah membaca kitabnya terlebih dahulu, beliau sangat luar biasa ulama’ yang mempunyai kharismatik yang tinggi. Kita sebagai penerus guru-guru kita harus mencohtoh sikap semangat yang dimiliki ulama-ulama nusantara. Baik dalam hal belajar ataupun bekerja,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun