Mohon tunggu...
Wiwie Pratiwi Bj
Wiwie Pratiwi Bj Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya ADA karena BERPIKIR\r\nSaya BERPIKIR untuk BERBUAT\r\nSaya BERBUAT agar Saya MENANG\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penjara Suci

19 Desember 2011   05:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ra’ bagaimana mi proposalmu, nak? Kapan konsul? Eh, itu Uthe mw mi proposal.Bisa ji bersamaan dengan Uthe selesainya toh? Belajar baik-baik nak, usahakan masuk semua nilaimu ini semester nah.Terakhir mi itu. Banyak-banyak minum susu, jangan lupa makan pagi, liatki Uthe jarang sakit ka pintar jaga kesehatannya. ” Kata mama di ujung telpon
“Iye’ ma” jawabku singkat hatiku sedikit tidak terima ketika mama secara tidak langsung membanding-bandingkanku denga Uthe, sodara sepupuku. Coba aja si Uthe itu cowok mungkin saja aku sudah dijodohin sama dia. Tapi sayang dia cewek, mau gak mau dia jadi rivalku. Huhft! Tapi aku berusaha jadiin ini sebagai motivasi untuk mengejarnya atau bahkan mengalahkannya, yah ditambah dengan senyuman tentunya.
Mungkin sudah kodradnya kali manusia hidup diliputi dengan masalah. Tuntutan dari orang tua yang membebani tapi itu toh dah jadi kewajiban. Sering disbanding-bandingin. Suasana kampus yang sedikit berubah pasca pemilihan dekan dan ketjur, pasca pemecatan teman-teman, pembekuan LK2 dan pra pemilihan pemilihan pimpinan baru di kampus. Membuatku sedikit kebingungan dengan system dan peraturan yang baru, tapi ini harus disikapi dengan bijaksana dan sedikit senyuman.
Dan hal yang membuatku kurang tersenyum atau bahkan tidak perna tersenyum ketika berada di penjara suci. Dari awal kuliah hingga sekarang semester 7, semua baik-baik saja. Tapi semua berubah 190+++++++ secara perlahan, ketika seorang ada penghuni baru. Penghuni baru mempengaruhi penghuni lama atau penghuni lama mempengaruhi penghuni baru, entah sapa mempengaruhi sapa. Atau ini sekedar perasaanku saja karena merasa sendiri?
Tapi ini benar – benar berubah, mereka sering berkumpul dan membicarakan orang lain. “Eh, sama sapa lagi keluar itu tetangga kamarmu? Ada lalo mi suaminya na selalu keluar jalan sama cowok lain” atau “Ih, bodo’-bodo’nya itu Enhi, mau-maunya ongkosi pacarnya” Mereka ngegosipin orang yang gak ada tapi itu bisa disikapi dengan sediiiiiiiiikit senyuman., toh sudah dari sononya manusia sering membicarakan manusia lainnya, di TV aja sering apalagi dunia nyata.
Yang membuatku malas tersenyum dan bahkan penjara suci benar-benar menjadi penjara untukku bukan karena pengawasan yng ketat dari orang tua tapi ketika rokok dan minuman dengan bau yang sangaaaaaaat aneh menjadi makanan sehari-hari, music dan teriakan tak karuan menyelimuti penjara suci, dan tak ketinggilan dugem yang sudah menjadi aktifitas wajib. Sangat Mengganggu! Memang secara tidak langsung mereka tidak menggangguku dengan fighting, kicking, n sejenisnya tapi mereka mengganggu batinku (I think)
Mereka tidak merokok dan minum di dalam kamarku tapi bau yang menyengat dan sampah yang berserakan di depan kamar. Mereka dengerin music dan teriak dalam kamar mereka tapi terdengar sampai rumah pak RT. Keluar dugem, memang mereka tidak mengajakku keluar tapi kalau mau keluar ributnya minta tolong. Pulang dari dugem, teriak lagi minta dibukain pintu. Menganggu!
Teriakan kurang pantas atau bahkan tidak pantas untuk perempuan meskipun emansipasi perempuan sudah bergerilya. Sundala’ Anak Tai, Tela…o, ku tappekko, kata-kata yang begitu mudah meluncur dari mulut mereka dan begitu menendang di telingaku. Coba aja teriakannya itu hanya terdengar 4 x 4 aja sesuai dengan sewa kamarnya, pasti semua akan aman-aman saja. Tapi itu hanya mauku.
Protes sedikit balasannya bertubi-tubi. Dibilang katro lah, gak gaul lah, kuno lah, sok tau lah, sok alim lah, dan yang paling menyakitkan cewek munafik.
“Aduh Ra’ biasa meko deh, suamimu nanti perokok berat, baruki murasa jadi belajar mentong meko cium bau rokok. Nda’ usah sok alim, belom pi murasa jadi jangan mi banyak bicara. Dasar Munafik! Dulu bede’ nda mau pake jeans, apa! Pake jeans terus meko toh, munafik sekaliko cewek!” Kata Mia saat kutegur karena merokok dalam kamarku.
“Lah, nyambung mana rokok sama jeans” jawabku jengkel
“makanya jangan mi sok sekali disitu, uruski dlu urusanmu baru urusi orang lain”
“Iye’ terima kasih, terbuka lebar ji kayaknya pintu kamar” tapi sebelum keluar mia mengisap dalam-dalam rokokx kmudian mengeluarkannya tepat di depan wajahku... pecahan piring mengakhir semua..
Sejak saat itu Penjara Suci benar-benar menjadi penjara buatku atau justru aku yang memenjarakan diriku sendiri. Pulang dari kampus aku langsung mengunci diriku di kamar, keluar kalau mau shalat atau mandi. Benar – benar menyiksa batin dan mengurangi ruang gerak. Mau nongkrong di kafe pasti ngeluarin budget, mau nongkrong di kampus udah gak bisa lagi, satu-satunya cara yah dengan memenjarakan diri dalam kamar.
Harapan terbesar pisang molen n tahu isi yang menjadi snack bukan rokok, minuman aneh menjadi the lagi, dan suara pelan dan lembut bukan teriakan dari gunung yang membangunkan tidurku di malam hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun