Tadi siang sebelum pulang sekolah saya dipanggil kepala sekolah di ruangannya, beliau mengatakan kepada saya untuk mendampingi siswa/i selama latihan memainkan alat musik tradisional yang dilaksanakan di museum pusaka Nias.Â
Jadwal latihan mereka mulai dari jam 15.00 Wib sampai jam 17.00 Wib atau sekitar dua jam saja. Ini adalah latihan kedua siswa/i kami dan menjadi persiapan mereka selama 10 hari ke depan sebelum mereka bertanding dengan sekolah-sekolah katolik di seluruh Indonesia.Â
Karna saingannya sekolah-sekolah katolik di seluruh Indonesia maka kepala sekolah kami ingin memberikan yang terbaik untuk sekolah kami dengan menjalin kerjasama dengan pihak Museum Pusaka Nias untuk melatih siswa/i kami sampai mereka mahir memainkan alat musik tersebut.
Ada beberapa alat musik tradisional yang akan mereka mainkan seperti seruling, keroncong, gendang dan alat musik tradisional Nias seperti doli-doli hagita, Tamburu dano dan tutuhao. Semua alat-alat musik tradisional Nias bisa kita temukan di Museum Pusaka Nias.
Saya sangat tertarik dengan tiga alat musik tradisional Nias yang dimainkan siswa/i ku, yaitu doli-doli hagita, Tamburu dano dan Tutuhao. Ketiga alat musik itu terbuat dari kayu dan bambu tetapi suara yang keluar ketika kita memukul alat musik itu sangat nyaring, lembut dan memiliki seni tersendiri.Â
Saya sangat terheran-heran melihat siswa/i saya memainkan alat musik tersebut, seperti yang saya katakan tadi bahwasanya ini adalah latihan kedua mereka tetapi mereka sudah sangat lincah memainkan alat musik itu.
Setelah siswa/i saya selesai memainkan alat musik itu, saya memberanikan diri untuk menemui pelatih mereka dan menanyakan nama-nama dari alat musik tersebut. Syukur kepada Tuhan Bapak itu tidak pelit menjelaskan.
Dari hasil penjelasan bapak itu kepada saya tadi sore maka saya bisa simpulkan: bahwa yang pertama alat musik Doli-doli Hagita terbuat dari kayu mbinu-mbinu. Kayu mbinu-mbinu itu ciri-cirinya daunnya lebar, kayunya ringan dan suaranya nyaring ketika di pukul.Â