Sistem Informasi Akuntansi (SIA) telah menjadi tulang punggung utama dalam pengambilan keputusan bisnis modern. Otomatisasi, integrasi big data, dan kecerdasan buatan kini semakin memperkuat fungsi sistem ini. Namun, dibalik kecanggihan tersebut, ada satu isu yang mulai mencuat: shadow data—data bayangan yang tidak tercatat secara resmi, namun tetap digunakan, bahkan bisa disalahgunakan.
Pertanyaannya: apakah shadow data ini hanya sekadar 'data tak sengaja', atau sudah menjadi komoditas diam-diam yang berpindah tangan tanpa pengawasan?
🕵️ Apa Itu Shadow Data?
Secara sederhana, shadow data adalah data yang :
Tidak terdokumentasi dalam sistem utama (SIA resmi).
Disimpan secara lokal atau informal oleh karyawan.
Tidak dikenali dalam struktur pelaporan perusahaan.
Seringkali berbentuk spreadsheet, email, rekaman internal, atau backup manual.
Awalnya, shadow data muncul karena kepraktisan yaitu pegawai menyimpan salinan data, atau membuat sistem pencatatan sendiri karena merasa sistem resmi terlalu kaku. Namun, ketika volume shadow data meningkat tanpa pengawasan, muncul risiko besar seperti keamanan, duplikasi, inkonsistensi, hingga potensi penyalahgunaan.
📉 Skandal Data Internal di Equifax
Salah satu skandal data besar yang memicu perhatian terhadap shadow data terjadi di Equifax (AS) pada 2017. Data pribadi lebih dari 140 juta orang bocor—bukan hanya karena serangan eksternal, tapi juga karena ketidakterkendalian data cadangan yang tidak dilaporkan ke sistem utama.
Shadow data menjadi celah utama.