Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Money

Peran JNE bagi Ekonomi Kreatif di Indonesia

19 Desember 2015   03:07 Diperbarui: 19 Desember 2015   03:07 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi informasi khususnya yang berkaitan dengan internet telah mengubah cara hidup manusia masa kini. Di bidang ekonomi, salah satunya adalah tren belanja online (e-commerce). Fenomena ini bisa menjadi momentum bagi perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Hal tersebut dielaborasi lebih dalam Kompasiana Nangkring bersama JNE dengan tema  Industri Kreatif pada Era Digital, pada hari Jumat (11/12) lalu.

[caption caption="Kompasiana Nangkring Bersama JNE, "Industri Kreatif Pada Era Digital", Jumat (11/2)"][/caption]

Ekonomi kreatif adalah peluang besar bagi Indonesia untuk bisa bersaing. “Presiden Joko Widodo berpesan kepada kami bahwa kekuatan kita di ekonomi kreatif adalah sumber daya yang tidak akan habis karena. Berbeda dengan sumber daya alam yang suatu saat akan habis, kreativitas manusia justru akan terus berkembang,” kata Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Ricky Pesik dalam sesi pemaparannya.

Ricky menyampaikan saat ini paling tidak terdapat 16 subsektor industri kreatif yang menjadi tugas pokok BEKRAF untuk dikembangkan, meliputi : aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan disain interior, disain komunikasi visual, disain produk, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni‎ rupa, televisi dan radio.

Ia mengakui bahwa BEKRAF akan memilih prioritas pada sub sektor tertentu, tetapi tanpa mengabaikan sub sektor lainnya. Ricky juga menambahkan bahwa pemerintah akan mendorong pelaku-pelaku ekonomi kreatif yang sudah teruji untuk bersaing ke level global. Pemerintah akan membantu dengan kebijakan tertentu atau malah deregulasi jika memang dibutuhkan.

Iwan Setyawan, CEO Profetic menyampaikan saran untuk BEKRAF agar lebih memperhatikan pentingnya sophistication ketika akan mendorong produk ekonomi kreatif ke pasar global. Penulis buku "9 Summer 10 Autumns" itu juga menyampaikan beberapa tren yang harus diperhatikan, bahwa kelas menengah memiliki kecenderungan tertarik pada global brand, healthy product and lifestyle, travel, culinary, dan compact living. “Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita mengemas (packaging),” tambah Iwan.

Perkembangan E-Commerce di Indonesia

Ditinjau dari sub sektornya, e-commerce berada di ranah aplikasi IT, namun pengaruhnya terhadap subsektor lain sangat besar karena mereka jadi marketplace. Melalui aplikasi (baik berbasis Wet maupun mobile) seperti bukalapak.com, tokopedia.com, olx.co.id, dan lain-lain, para pengusaha yang bergerak di ekonomi kreatif memiliki peluang untuk memasarkan produknya.

“Mimpi kami adalah bisa berkontribusi dalam membuka jutaan lapangan kerja baru,” ungkap Ahmad Zaky, CEO Bukalapak.com. Untuk mewujudkan misi tersebut, bukalapak memiliki tim khusus yang menjaring pelaku UKM agar mau memasarkan produknya di marketplace. Bahkan di awal pendirian bukalapak.com, Zaky sendiri yang melakukan pendekatan personal sampai membuatkan akun dari para pengusaha kecil tersebut. Meski persaingan dengan aplikasi sejenis semakin ketat, Zaky optimistis bahwa e-commerce masih memiliki peluang untuk terus berkembang.

Pasar e-commerce di Indonesia sangat berpeluang untuk dikembangkan. Dalam sebuah seminar yang digelar awal bulan ini, Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA)  mengungkapkan bahwa penetrasi Internet Indonesia yang mencapai 74 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi 102 juta tahun 2016. Dari pengguna Internet di Indonesia yang sebanyak 74 juta tersebut, menurut riset idEA hanya 7 persen yang berbelanja online. Meski demikian, perkembangan dalam empat tahun terakhir cukup menggembirakan di mana peningkatan nilainya mencapai empat kali lipat .

[caption caption="Nilai penjualan e-commerce di Indonesia 2011-2015 (sumber : http://dailysocial.id/post/potensi-dan-tantangan-e-commerce-indonesia-tahun-2015/)"]

[/caption]

“Kalau e-commerce berkembang, JNE yang paling untung,” kata Zaky sambil bercanda. Tidak dipungkiri bahwa jual beli online memang memiliki keterkaitan erat dengan bisnis logistik dan pengiriman barang yang dijalankan JNE. Abdul Rahim Tahir, CEO JNE mengungkapkan bahwa pengiriman yang dilakukan JNE tumbuh sebesar 39 % dalam periode 2004-2015. Total jumlah pengiriman saat ini adalah sebesar 12 juta kiriman per bulan atau 400 ribu kiriman per harinya.

Menyadari bahwa e-commerce akan membuka peluang kesempatan bagi para pengusaha lokal bersaing ke level global, JNE tak mau ketinggalan untuk berkontribusi. “Kami akan melayani pengiriman dari dan keluar negeri bekerjasama dengan mitra internasional kami,” ujar Rahim. Inovasi lain juga terus dilakukan, salah satunya adalah peningkatan pada infrastruktur digital yaitu website JNE.co.id.

[caption caption="Halaman depan laman JNE"]

[/caption]

Ke depan, JNE berencana akan mengembangkan aplikasi mobile untuk memudahkan pelanggan jasanya. Bukan cuma itu, JNE akan membangun gudang besar yang akan dikerjasamakan dengan pengembang e-commerce sehingga barang bisa selalu ready stock. “Di sepanjang tahun 2015 ini, JNE telah menunjukkan komitmen dan pertumbuhan yang signifikan, terlihat dari solidnya pertumbuhan kinerja bisnis kami. Hal ini turut didukung oleh investasi yang berkelanjutan dalam inovasi produk dan layanan yang berfokus pada kebutuhan pelanggan, sehingga setelah 25 tahun menyediakan aksesibilitas, kami akan terus berupaya memberikan layanan terbaik serta jasa kurir terdepan,” sebut Mohamad Feriadi, Presiden Direktur JNE dalam rilis tertulis.

[caption caption="Bapak M. Feriadi, Presiden Direktur JNE, memberikan sambutan dalam acara Kompasiana Nangkring, di Jakarta, Jumat (11/12/2015)"]

[/caption]

Connecting Happiness

Secara tidak langsung, JNE merupakan ‘jembatan penghubung’ antara penjual dengan pembeli yang bertransaksi di dunia maya. Iwan Setyawan punc menyatakan JNE tidak sekadar menjual jasa tapi juga connecting happiness. Ia pun menceritakan pengalamannya menggunakan jasa JNE pada saat membeli produk melalui e-commerce. “Rasanya deg-degan, beneran nyampe nggak nih barang saya? Pas sampai rumah rasanya senang banget,” kata Iwan. Sudah 25 tahun JNE melayani pelanggannya di seluruh Indonesia. Tentu sudah banyak kebahagiaan yang JNE bagikan melalui pelayanan mereka.

Selain memainkan peran intermediari antara marketplace dan pembeli, JNE juga memiliki pelayanan yang menempatkan mereka langsung di antara penjual dan konsumen yaitu PESONA (Pesanan Oleh-Oleh Nusantara). Dari manapun kita berada, kita bisa menikmati sajian kuliner khas berbagai daerah di Indonesia seperti bakpia (Jogjakarta), wingko babat (Semarang), bika ambon (Medan), kripik pisang (Lampung) dan masih banyak lainnya. Tidak berlebihan kalau JNE dalam memperingati hari jadinya yang ke-25 mengunakan tagline : 25 Tahun Merangkai Nusantara.

Melalui PESONA, JNE bisa berperan lebih besar lagi dalam mengembangkan UKM di bidang kuliner yang tidak lain adalah salah satu sub sektor ekonomi kreatif. Jadi, buat teman-teman Kompasianer yang lagi ngidam atau tetiba kangen dengan makanan khas dari daerahnya, langsung aja pesan melalui PESONA dari JNE.

[caption caption="Mau pesan oleh-oleh apa saja dari seluruh Indonesia? Pakai PESONA saja."]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun