Angin berembus riuh di sekitar vila. Terasa menyeramkan untuk malam ini. Banyak kabut putih menyelimuti jalanan membuat pandangan jadi terhalang. Tak ada sinar yang menyorot tempat itu. Dan juga, ada sebuah teriakan ketakutan dari arah vila. Sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu di vila?
Niken berlari menuruni tangga dengan keadaan yang panik. Ia tampak begitu ketakutan dari ekspresi wajahnya. Dan dari belakangnya, ada sosok wanita yang juga berlari mengikuti arah perginya Niken. Gadis tersebut hampir terjatuh saat menuruni tangga karena tak fokus akibat takut. Untungnya ia bisa mengendalikan tubuhnya, alhasil ia bisa selamat dari kejadian itu.
“Vita, cepetan!” Teriak Niken pada Vita. Gadis yang hampir jatuh di tangga tadi, lalu dengan gesit menghampiri Niken yang sudah berada di depan pintu utama.
“Gimana, nih!” Panik Fleva.
Dengan sekuat tenaga mereka terus menarik dan mendorong-dorong pintu vila itu. Meskipun mereka tahu kalau hal itu sangat sulit dilakukan, tapi mereka akan tetap berusaha untuk bisa membebaskan diri dari vila.
“Harusnya kita gak ke sini tadi,” ungkap Fleva.
“Lo juga mau aja tadi!” Sergap Niken.
“Ya, gue gak tau kalo bakal jadi kayak gini.”
“Udah, diem! Mendingan kita cari cara biar bisa keluar dari sini,” ucap Vita.
Awal cerita bermula dari ketiga sahabat itu yang hendak berlibur. Mereka berlibur di daerah pegunungan. Sesampainya di tempat tujuan, mereka mendapatkan vila yang sedikit lebih besar bangunannya daripada dua vila yang berada di bawah. Vila itu sangat cocok untuk berburu sunset maupun sunrise. Karena itulah mereka memilih vila yang teratas.