Mohon tunggu...
Shella Yunita
Shella Yunita Mohon Tunggu... Psikolog - Siswi🧕

Stay Connected To God ✨🧕

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Harta Tak Menjamin Bahagia

15 Februari 2021   04:35 Diperbarui: 26 Februari 2021   06:31 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Gadis itu terbangun di suatu pagi karena mimpi buruk, dia menemukan dirinya di atas lantai karena terjatuh dari kasur empuknya. Pagi ini berbeda dengan pagi sebelumnya, cuaca mendung. Ia memutuskan untuk naik kembali ke atas kasur yang terbalut seprai coklat kesayangannya.

Sejak kelas dua belas, tepat di penghujung masa sekolah menengah atas, gadis itu sudah merasa bimbang akan masa depannya.

Beban yang ia tanggung di pundak sebagai anak satu-satunya, semakin hari semakin berat. Dia Ayudia Amalia, gadis berumur tujuh belas tahun yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang supir becak dan ibunya bekerja di sebuah toko bunga.

Matahari sepertinya tidak bosan menyinari kami berdua. Ya, aku dan ayah sedang menyusuri jalan menggunakan becak yang ayah kayuh. Ayah memang biasa mengantarkan aku ke sekolah di sela-sela waktu dia bekerja.

Gadis berkerudung putih lengkap dengan atribut sekolah sedang berjalan menuju kelas. Gadis bermuka mungil itu berjalan melewati tengah lapang sambil menjinjing barang dagangannya. Ayu adalah anak yang penurut dan sangat berbakti kepada orang tuanya, dia membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan keripik buatan ibunya.

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga ke kelas." Kata ayu sambil menghela napasnya

"Ayu, udah siap buat simulasi? Gue belum belajar Ayu, gue semalem ngebut nonton drakor. Ayu bantu gue dong." Dengan wajah yang memelas, Clarissa merengek seperti anak kecil.

Ayu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi muka Ara, "apa yang bisa aku bantu Ra, kan kita beda ruangan."

"Oh iya, lupa hehehe. Yasudah lah sebisanya gue aja deh."

Ujian simulasi telah berlangsung hampir sembilan puluh menit, anak-anak sudah tidak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Tidak lama setelah itu akhirnya bel istirahat berbunyi anak-anak yang kelaparan langsung berhamburan menuju ke kantin berburu makanan. Berbeda dengan Ayu, ia tidak pergi ke kantin tetapi langsung berkeliling menjual barang dagangannya.

"Dagangan aku belum abis nih, gak enak sama Ibu" Ayu terlihat murung, tidak seperti biasanya dagangan Ayu belum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun