Mohon tunggu...
shelina nr
shelina nr Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama untuk Damai atau Damai untuk Agama?

19 Juni 2018   20:00 Diperbarui: 19 Juni 2018   20:08 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini, masih banyak kita jumpai aksi-aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama, lalu menyalahkan agama, dan mengadu domba antar agama-agama yang ada. Apakah kita bisa menyalahkan agama? Apakah benar bahwa agama adalah ancaman besar untuk kita semua bahwa agama adalah alasan dalam aksi-aksi kekerasan?

Benar. Benar bahwa kita tidak bisa menyalahkan agama. Benar bahwa kita tidak bisa membenarkan agama adalah ancaman besar untuk kita. Sebenarnya, apa yang mengakibatkan agama menjadi yang disalahkan dalam aksi-aksi kekerasan? Kenapa selalu agama yang menjadi alasan bagi manusia-manusia yang melakukan aksi-aksi kekerasan tersebut?

Perlu diketahui, bahwa agama merupakan pedoman bagi seluruh umat manusia. Pedoman yang memegang teguh perdamaian, pedoman yang selalu mengajarkan kebaikan, pedoman yang selalu menjadi panutan bagi setiap pemeluknya. Jika kita lihat dari banyaknya pengertian-pengertian agama, apakah benar agama bisa disalahkan dalam adanya aksi-aksi kekerasan?

Tidak. Semua itu terjadi karena adanya "salah" penafsiran seseorang dalam memahami agama mereka. Manusia itu  sendiri yang membuat kerusakan. Manusia itu sendiri yang kurang pehamaman terhadap agamanya. Kita tidak bisa sama sekali menyalahkan agama, karena agama mengajarkan kebaikan-kebaikan dalam setiap ajarannya. 

Selalu mengajarkan hidup bertoleransi antar umat manusia, selalu mengajarkan hidup rukun dan damai, tidak ada yang namanya "kekerasan". jika pun itu ada, manusia itulah yang berbuat kesalahan, manusia itulah yang salah, bukan pada agamanya.

Seperti diskriminasi terhadap suatu agama sebagai salah satu contoh tindak kekerasan. Tindak kekerasan yang dipicu justru oleh penghayatan agama yang dangkal akan merusak hakikat sosial agama itu sendiri, yakni damai dengan dirinya sendiri, alam semesta, sesama dan Tuhan. Tindak kekerasan berdasarkan agama merupakan tindak penyelewengan terhadap ajaran agama yang sebenarnya, sehingga yang terjadi bukanlah pelaksanaan perintah Tuhan, melainkan kebrutalan tindakan manusia. 

Agama manapun menolak adanya tindak kekerasan sampai mengorbankan sesamanya yang berbeda agamanya dengan dirinya. Tindak kekerasan bagaikan suatu tindakan yang tidak manusiawi dan merusak tatanan sosial hidup bermasyarakat.

Kita dapat melihat berbagai tindak kekerasan berdasarkan agama, mulai dari verbal hingga mengorbankan sesama manusia. Tindak kekerasan yang berupa penghinaan terhadap bagian integral suatu agama sebenarnya melecehkan hakikat tindakan beriman. Penghinaan itu dapat berupa slogan yang memburuk-burukkan ajaran agama lain yang dianutnya, melecehkan nabi, rasul atau tokoh penting dalam agama tersebut. 

Kita dapat merasakan bagaimanakah Nabi Muhammad dilukiskan atau difilmkan secara vulgar dan melukai pemeluk agama Islam. Juga dapat kita saksikan bagaimana Maria dilukiskan begitu buruk untuk menghina para penganut agama Katolik, yang terkadang dinilai atau dihina sebagai yang lebih menyembah Maria daripada Tuhan sendiri. Atau agama yang menyembah patung dan agama yang menyembah tiga Tuhan. 

Penghinaan atau pelecehan sebagai tindak kekerasan yang secara verbal itu terkadang sangat vulgar, tidak layak disampaikan sebagai orang yang beriman, dan menghina penganut agama tersebut. Tindak kekerasan yang verbal itu dapat berupa juga ceramah, pidato ataupun kotbah yang bukannya menyampaikan Firman Tuhan, tetapi lebih banyak hujatan terhadap agama lain, buku-buku polemik agama yang fundamentalis, yang isinya hanya mengagungkan agamanya sendiri dan menghina dan merendahkan agama lainnya. Ajaran agama yang benar tidaklah mengijinkan adanya pelecehan atau pun hujatan semacam itu.

Tindakan verbal akan menjadi lebih berbahaya kalau diikuti dengan tindak kekerasan yang berupa fisik, dalam arti bentrok atau bahkan perang antar umat beragama. Kita dapat merasakan adanya perang salib atau perang sabil, perang antara penganut agama Katolik dan Protestan baik di Jerman maupun di Irlandia. Konflik yang berat di Irlandia antara katolik dan protestan. Dan secara sporadis, di berbagai daerah di negara kita yang dipicu justru oleh penafsiran ajaran agama, khususnya antara Islam dan Kristen. Dan hal ini telah menimbulkan banyak korban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun