Mohon tunggu...
Shayu Desta
Shayu Desta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Persaingan Teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok dalam Dinamika Ekonomi Politik Internasional

29 Februari 2024   11:26 Diperbarui: 29 Februari 2024   11:28 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Data Tingkat Adopsi Teknologi 5G di Amerika Serikat&Tiongkok) Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/04/tingkat-adopsi-5g

Amerika Serikat dengan keputusannya dalam menolak jaringan internet 5G masih bersifat kontradiktif. Alasan yang diberikan oleh Amerika Serikat sejauh ini ialah sebab adanya gangguan ancaman peretasan siber. Untuk melakukan suatu  tindakan kejahatan digital siber maka tidak harus menggunakan alat telekomunikasi dan jaringan teknologi dari Amerika Serikat terlebih dahulu. Jadi, jika sebuah negara ingin lebih aman dapat dengan mencari pendekatan yang lebih komprehensif mengenai keamanan sibernya bukan dengan melarang masuknya perusahaan asing negara lain (Purdy,2018).

                  Sebenarnya dalam teori realis yang meyakini bahwa aktor penting dalam hubungan internasional ialah peran negara. Maka negara great power seperti Amerika Serikat akan selalu berusaha mendominasi kekuataannya dalam struktur internasional khusunya dalam hal penguasaan teknologi 5G ini. Antara Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai masih terus menekankan kepentingan nasional juga dominasi kekuasaan dalam hubungan internasional.

                   Dari pihak Amerika Serikat memandang bahwa Tiongkok selama ini sedang melakukan distribusi kekuasaan dalam sistem struktur global guna menjadikannya sebagai kekuatan atau hegemoni internasional yang baru.  Melalui inovasi teknologi 5G, Tiongkok menjadi ancaman serius untuk Amerika Serikat. Dalam konteks ini, kebijakan Amerika Serikat yang menolak transfer teknologi jaringan 5G dari Tiongkok adalah sebagai sebuah asumsi realisme ofensif.

                 Asumsi dari kebijakan penolakan Amerika Serikat tersebut yakni dorongan Amerika Serikat oleh karena tidak adanya pemimpin dalam sistem internasional atau bisa disebut anarki. Serta, disebabkan posisi Tiongkok yang menguasai hak paten atas teknologi 5G Huawei. Sehingga, dengan adanya hak paten yang dimiliki Tiongkok mengharuskan negara-negara lain membayar royalti untuk kontribusi intelektual atas dasar pengembangan teknologi 5G Huawei Tiongkok.

                 Sikap agresif sering kali ditunjukkan oleh Amerika Serikat dalam menghadapi Tiongkok dalam perang teknologi ini. Amerika Serikat berupaya secara maksimal dalam penggunaan kekuatannya guna menghegemoni Tiongkok khususnya atas teknologi 5G. Dominasi penguasaan teknologi jaringan 5G menjadi tujuan Amerika Serikat dalam  menguatkan ekonomi domestik Amerika Serikat dan kemampuan atau kapabilitas akan distribusi kekuasaan Amerika Serikat di struktur internasional.

                  Persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan menjadi narasi panjang dan sorotan cerita paling menonjol dari dinamika ekonomi politik internasional. Dari pengembangan jaringan 5G sampai kecerdasan buatan (AI), kedua negara tersebut terus bersaing dalam usaha memimpin teknologi di panggung internasional.

                   Masa depan persaingan teknologi ini akan sangat ditentukan dari bagaimana kedua negara mengelola dinamika ekonomi politik internasionalnya. Peraturan dan kebijakan dari masing-masing negara akan berperan cukup penting untuk membentuk jalan dinamikanya. Persaingan teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi suatu bagian integral dari dinamika ekonomi poliik internasional juga memiliki dampak bagi arah ekonomi politik global ke depan.

Referensi:

Arinanda, B. P., Windiani, R., & Paramasatya, S. (2022). Perang Teknologi Amerika Serikat vs Tiongkok: Kebijakan Penolakan Teknologi 5G Huawei Tiongkok oleh Amerika Serikat. Journal of International Relations, 8(2), 72-81. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun