Selanjutnya, problematika yang dialami saat quarter life crisis adalah perasaan insecure mlihat teman sebaya lebih dulu sukses. Jawaban ChatGPT cukup bijak, poin ke-4 cukup membuat mata lembab.
Intinya sih, kata ChatGPT kalau kamu lagi merasa insecure dengan keberhasilan teman sebaya, kita disuruh ingat bahwa "setiap orang memiliki perjalanan hidup dan pencapaian yang berbeda-beda, dan hal ini tidak boleh membuat seseorang merasa rendah diri atau tidak berharga."
Dan terakhir pertanyaan penutup, yang mungkin paling banyak dialami orang juga. Mungkin semakin bertambah dewasa, kita kerap menghadapi masalah hidup dengan seorang diri.Â
Jika pun punya teman, justru teman yang dekat dan kita percaya bisa dihitung dengan jadi. Pada akhirnya, yang tadinya mau ceriita justru jadi bertanya dalam hati, "Kok temanku makin sedikit ya? Bakal repot gak ya kalau cerita ke dia?"
Karena aku juga penasaran mengapa makin dewasa, circle pertemanan kita makin dikit, maka saya perlu banget bertanya ke ChatGPT. Dan lucunya, ChatGPT pun mengetik jawabannya juga cukup lama. Dan untungnya, jawabanya masuk akal.Â
Saran penutup dari ChatGPT pun cukup indah, "penting untuk diingat bahwa meskipun jumlah teman mungkin berkurang, bukan berarti kualitas hubungan sosial seseorang harus menurun.Â
Seseorang masih dapat mempertahankan hubungan sosial yang baik dengan teman-teman yang dimilikinya dengan menjaga komunikasi yang baik dan saling mendukung dalam berbagai situasi."
Pendapatku tentang ChatGPT
Menurut saya, setelah menggunakan ChatGPT untuk menjawab pertanyaan seputar quarter life crisis, saya merasa CUKUP puas dengan adanya kecerdasan buatan ini. Jawabannya padat, jelas, namun kurangnya ya kayak robot aja.Â
Namun pada akhirnya, jika disuruh memilih platform mana yang in touch dengan penggunanya, saya lebih senang Twitter.Â