Mohon tunggu...
shandy prajuni
shandy prajuni Mohon Tunggu... Mahasiswa

Usia 19 tahun, berpikir kritis dan sistematis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah Ditangan Generasi Boomer dan Milenial : Antara Gaptek atau Anti Kritik

8 Oktober 2025   05:52 Diperbarui: 8 Oktober 2025   05:52 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kadang saya merasa pemerintah kita bukan kekurangan teknologi, tapi kekurangan niat untuk belajar. Di atas kertas, semua instansi berteriak soal "transformasi digital" dan "pemerintahan modern", tapi di lapangan yang terjadi justru kebalikannya. Banyak yang masih gaptek, gagap menghadapi perubahan, dan terlalu gengsi untuk mengakui bahwa mereka ketinggalan zaman.

Masalahnya bukan cuma di generasi boomer yang masih pegang jabatan strategis, tapi juga di sebagian generasi milenial yang sudah ikut masuk ke dalam sistem birokrasi --- namun justru meniru pola pikir lama. Bukannya membawa perubahan, mereka malah ikut-ikutan jadi kaku, takut bersuara, dan alergi terhadap kritik.

Padahal, digitalisasi itu bukan soal punya website atau aplikasi canggih. Intinya ada di cara berpikir: mau terbuka, mau belajar, dan mau dikritik. Tapi selama pola pikir "yang muda harus diam dan ikut saja" masih hidup, jangan harap inovasi bisa benar-benar jalan.

Banyak contoh yang kita lihat sehari-hari. Sistem pelayanan publik yang katanya online tapi tetap harus antre di kantor. Aplikasi pemerintah yang tampilannya kaku dan sering error. Bahkan ketika ada anak muda yang ngasih masukan soal sistemnya, tanggapannya malah defensif --- "kamu nggak tahu prosesnya", "gampang ngomong tapi susah ngerjainnya".
Akhirnya, semua kritik dianggap gangguan, bukan peluang untuk memperbaiki diri.

Yang lebih lucu, sebagian pejabat milenial sekarang malah ikut jadi "boomer baru". Mereka pakai istilah keren seperti innovation, digital mindset, atau governance 4.0, tapi di balik itu masih mikir seperti generasi lama: semua harus formal, semua harus lewat izin atasan, semua harus aman. Mereka lupa bahwa semangat generasi muda itu justru berawal dari keberanian untuk mengguncang zona nyaman.

Padahal kalau pemerintah benar-benar mau maju, kuncinya cuma satu: rendah hati untuk belajar. Dunia digital nggak peduli usia, jabatan, atau masa kerja. Siapa pun yang mau belajar, bisa berkembang. Tapi kalau masih sibuk mempertahankan gengsi, teknologi secanggih apa pun nggak akan mengubah cara kerja yang lambat dan tertutup itu.

Penutup

Selama pemerintahan masih dipegang oleh mereka yang merasa "paling tahu" dan menolak kritik, maka digitalisasi cuma akan jadi hiasan kata di spanduk dan pidato.
Yang kita butuhkan bukan pejabat yang hafal istilah teknologi, tapi pejabat yang mau mendengarkan. Karena terkadang, kemajuan bukan datang dari yang paling pintar --- tapi dari yang paling mau berubah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun