Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pesan dan Implikasi Kekalahan Ahok

9 Mei 2017   09:11 Diperbarui: 9 Mei 2017   09:36 3443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ulama-ulama pun bergerak untuk menggalang ummat melakukan berbagai aksi. Banyak citra coba ditimpakan kepada aksi bela Islam tersebut, seperti kemungkinan makar, ditunggangi kelompok radikal, dll tapi semua hanya jadi berita sampah mengingat bahkan peserta yang mencapai jutaan orang di aksi 212 bahkan tak menginjak rumput sekalipun.

Sosial Media Sebagai Media Utama

Berbagai aksi bela Islam tak pernah memasang iklan di media maintream baik cetak atau TV tapi bisa dihadiri oleh tujuh jutaan massa yang datang dari segenap penjuru Indonesia, baik dengan menggunakan bus, pesawat terbang, dan bahkan ada yang berjalan kaki santri dari Ciamis ke Jakarta yang dikenang sebagai aksi yang sangat heroik.

Informasi tentang berbagai aksi ini disebarkan lewat sosial media karena media mainstream bahkan tak memberitakan rencana aksi tersebut. Informasi disebar lewat facebook, whatsapp group, telegram group dan berbagai group messanger lainnya.

Mayoritas Islam Memilih Pemimpin Muslim

Ummat Islam Indonesia pada dasarnya sadar akan pentingnya agama dalam kehidupan sehingga memastikan bahwa pemimpin yang dipilih adalah pemimpin seiman yang mempunyai kans mengerti lebih baik dengan persoalan ummat Islan itu sendiri.

Hal ini sangat wajar dan tak melanggar asad demokrasi yang menggariskan bahwa pemimpin dipilih dengan suara terbanyak tanpa peduli dengan faktor pertimbangan apa yang digunakan dalam memilih pemimpin. Hal ini juga merupakan konsekuensi logis ummat Islam adalah mayoritas di banyak daerah Indonesia. Propinsi-propinsi dengan mayoritas non Muslim punya hak memilih putra daerah yang berarti akan mengikuti agama yang sama dengan agama mayoritas seperti di Bali dan Papua, mengapa daerah lain juga tak bisa menggunakan prinsip yang sama yaitu pemimpin terpilih haruslah mewakili pemimpin dengan agama yang mewakili agama mayoritas di daerah tersebut.

Prinsip yang sama perlu diberlakukan bagi setiap daerah dan tak bisa berlaku hipokrit bahwa ketentuan ekslusif putra daerah hanya berlaku bagi Bali dan Papua. Karena jika diberlakukan demikian maka toleransi hanya bermakna jika Islam mayoritas dan ummat Islamlah yang harus diminta toleran, dan tak berlaku jika Islam minoritas karena mayoritas non muslim tak mau bertoleransi dengan membiarkan pemilih berasal dari agama minoritas.

Sentimen Anti Ahok Berimbas ke  Partai Pendukungnya

Entah apa yang mendorong Megawati memilih Ahok menjadi kandidat pilkada DKI padahal semasa sebelum dipilih menjadi calon PDIP pun Ahok sudah menjadi sosok kontroversial dengan resistansi tinggi dari banyak kalangan. Ahok yang bermulut kasar dan mengajak banyak kalangan menjadi musuhnya dan merasa diri paling benar dan pihak lain yang salah.

Berapa banyak berita dan fakta yang menunjukkan bahwa Ahok adalah orang yang selalu menyalahkan orang lain. Ketika audit BPK menunjukkan penyimpangan, maka BPK yang dituduh salah, ketika banjir terjadi maka kulit kabel pun yang disalahkan. Tak terhitung pula sumpah serapah ahok ketika berhadapan dengan berbagai kalangan masyarakat. DPRD yang punya kewenangan mengontrol dirinya diajak berantem dan berakibat dia sendiri tak dapatkan budget untuk programnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun