Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Sebenarnya Yang Menguasai Indonesia

24 November 2013   06:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bermula dari film dokumenter Press TV yang berjudul "Who Rules Amerika" yang produsernya Danny Schechter seorang Jurnalis Investigatif dan penerima penghargaan sebagai Jurnalis Dokumenter dari Society of Professional Journalist. Danny Schechter sudah menghasilkan beberapa buku dan puluhan film dokumenter dan juga mengajar paruh waktu di Universitas Columbia untuk program Pasca Sarjana jurusan Journalism.

Film dokumenter itu berisi tentang kajian mendalam tentang siapa sebenarnya yang menguasai Amerika dengan wawancara dengan berbagai pihak, mulai dari rakyat jelata, profesional, intelektual, dan beberapa tokoh terkenal.  Dibalik gegap gempita demokrasi Amerika ternyata yang menguasai Amerika bukanlah orang-orang yang terpilih dari kotak suara.  Rakyat Amerika punya kebebasan untuk menyatakan pendapat melalui kebebasan pers dan kebebasan menyatakan pendapat, tapi hanya dianggap angin lalu karena bukan kehendak dan keinginan mayoritas rakyat yang diwujudkan dalam kebijakan pemerintah Amerika. Pihak yang sebenarnya berkuasa adalah segelintir elit yang menguasai sistem keuangan Amerika, industry persenjataan, industry perminyakan, dan para lobbyst yang mengendalikan kongres Amerika.

Hal yang sama bisa terjadi dengan Indonesia. Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang membuat rakyatnya bisa datang 7 kali ke kotak suara dalam periode 5 tahun dengan menghabiskan biaya mencapai 500 trilyun padahal APBN Indonesia hanya 1500-1700 trilyun. Apa guna itu semua jika pemerintah dan wakil rakyat yang dipilih tidak merepresentasikan kehendak konstituennya sendiri.

Indikasi hal ini sudah amat terang dan jelas. Beberapa Undang-undang yang disahkan oleh Badan Legislatif jelas-jelas memuat pasal-pasal yang menguntungkan pihak dan industri tertentu. Masih ingat dengan pasal tembakau ? Dimana ada klausul yang dihilangkan ketika akan didaftarkan dalam lembaran negara karena dianggap merugikan kepentingan suatu industri tertentu. Ini bukan suatu ketidak sengajaan dan jelas merupakan cara memanipulasi yang amat kasar seperti merampok kios di tengah pasar di siang hari bolong ditengah keramaian orang.

Elite yang ingin menguasai Indonesia terdiri atas beberapa kelompok yang beroperasi baik secara nasional ataupun lokal. Para Elit ini terdiri atas : dinasti politik, kelompok industri tertentu, konglomerat, elit partai politik, media massa, dan beberapa negara asing.

Dinasti politik di Indonesia contohnya adalah keluarga Cikeas dan Sukarno untuk skala nasional dan dinasti Atut yang berskala lokal. Putra mahkota yang belum punya pengalaman panjang tiba-tiba sudah bertengger menjadi ketua DPP dan Sekjen Partai. Pemimpin partai politik yang tidak tumbuh dari bawah adalah sangat berbahaya karena tak pernah berhadapan dan terlibat langsung dengan konstituen yang diwakilinya.

Beberapa kelompok industri juga banyak menentukan kebijakan pemerintah Indonesia. Industri keuangan yang pernah meminta pemerintah untuk di bail out dengan uang rakyat, industri otomotif yang bisa mengatur pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan industrinya dan tak bisa mengekang dan meminta industri tersebut berpartisipasi dalam masalah kemacetan lalulintas. Elit media massa juga sarat dengan kepentingan pemiliknya, bisa dilihat dari informasi yang disampaikan yang mempunyai warna tertentu dengan keberpihakan tertentu.

Rakyat Indonesia harus waspada dan menyadari untuk mengembalikan kedaulatan kembali ke tangan rakyat dan mewujudkan pemerintah yang bekerja untuk kepentingan rakyat dan segenap rakyat Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun