Di sisi lain, PDI-P, PPP, Gerindra, Nasdem dan PKS sepertinya masih meraba figur  dan melihat perkembangan politik  jelang Pilkada 2020. "Kunci seorang figur bisa maju di Pilkada ada ditangan partai, disitulah pertarungan awal figur untuk merebut hati partai melalui lobi-lobi politik," beber Aris. Untuk diketahui, pasca pemilu kemarin, Golkar dan PAN berhasil merebut masing-masing lima kursi, lalu PKB, PPP dan Nasdem masing-masing meraih empat kursi, selanjutnya Gerindra, Demokrat, PDI Perjuangan, PKS masing-masing tiga kursi serta Perindo meraih satu kursi.
Sesuai ketentuan pasal 40 ayat (1) UU No. 10 tahun 2016, secara tegas menyebutkan partai politik atau gabungan partai pasangan calon paling sedikit didukung 20 persen dari jumlah kursi di DPRD setempat atau 25 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan.Â
Para figur yang ingin maju, harus mampu melobi partai politik untuk mendapatkan dukungan, karena dukungan partai politik salahsatu syarat mutlak yang harus dilalui seorang calon. "Intinya, calon wajib memenuhi dukungan minimal tujuh kursi di DPRD Kabupaten Batang Hari," jelas Aris.
Sebagai catatan dari hasil Pemilu 2019, hanya 10 partai politik yang berhasil mendapat kursi di DPRD Kabupaten Batang Hari, namun untuk mengusung calon, tidak ada satupun partai yang memenuhi syarat secara mandiri bisa mengusung pasangan calon. "Partai politik peraih kursi di DPRD Kabupaten Batanghari wajib menggabungkan dukungan untuk bisa mengusung paslon," sebut Aris.
Salah satu gambaran pertarungan mini menjelang Pilkada Batang Hari 2020 adalah Pemilu 2019. Baik figur Hj. Yunninta Asmara, Hj. Camelia Puji Astuti- HM, berhasil melenggang menjadi legislator di DPRD Kabupaten Batang Hari periode 2019-2014, Â Elpisina melaju ke DPRD Provinsi Jambi periode 2019-2024, sementara Muhammad Havis berhasil membawa sang istri Anita Yasmin melaju ke DPRD Kabupaten Batang Hari dari PAN yang juga digadang-gadang menduduki Ketua DPRD Kabupaten Batang Hari periode 2019-2024, begitu dengan HM. Mahdan juga berhasil melaju kembali ke DPRD Kabupaten Batang Hari. "Empat kali pelaksanaan Pilkada Batang Hari berlangsung unik dan penuh mitos. Petahana tidak pernah menang dan paslon bernomor urut dua selalu menang," ungkap Aris.
Namun, kata Aris, Â seorang figur calon Bupati dan Wakil Bupati Batanghari perlu ditunjang faktor pendukung lainnya, seperti memiliki track record yang bagus dimata masyarakat, punya basis pendukung yang jelas, mampu membangun isu politik positif, kemampuan finansial, kecermatan memilih tim sukses/kampanye, dan kecermatan memilih pasangan calon. "Kemampuan finansial figur juga sangat penting, untuk mendukung operasional tim suksesnya di lapangan, kegiatan kampanye, saksi dan lainnya," sebutnya.
Birokrasi-Politisi
Berkaca dari empat pilkada yang telah dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari sejak 2000, 2005, 2010 dan 2015, hasilnya, duet pasangan calon yang berasal dari birokrasi dan politisi selalu tampil menjadi pemenang. Duet H. Abdul Fattah -- Syahirsah SY di Pilkada 2000, Duet Syahirsah SY -- Ardian Faisal di Pilkada 2005, lalu pasangan H. Abdul Fattah -- Sinwan di Pilkada 2010 serta pasangan Syahirsah SY-Hj. Sofia Joesoep di Pilkada 2015. Sebenarnya masih terlalu dini, kita berbicara tentang pilkada, tapi semakin banyak figur yang muncul, maka banyak pula pilihan untuk disandingkan di Pilkada 2020 nanti. "Politik ini dinamis, lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jadi lawan begitu seterusnya," jelasnya.
Jalur Perseorangan
Pada Pilkada 2010, jalur perseorangan sempat menjadi primadona bagi kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Batang Hari yang kesulitan mendapatkan dukungan dari partai politik. Dua kandidat pasangan calon yang mencoba mengadu nasib melalui jalur perseorangan waktu itu, adalah pasangan H. Fathuddin Abdi - Kms Ismail Azim dan Edi Sukarno -- Umrin Eri. Namun hanya pasangan H. Fathuddin Abdi-Kms Ismail Azim yang dinyatakan memenuhi syarat dukungan oleh KPU Batang Hari, sementara pasangan Edi Sukarno -- Umrin Eri dinyatakan gugur.Â
Hasilnya belum menggembirakan, pasangan H. Fathuddin Abdi-Kms Ismail Azim berada diposisi empat suara terbanyak dari lima pasangan calon. Dampaknya, pada Pilkada 2015 lalu kemarin, tidak ada lagi kandidat pasangan calon yang berani maju melalui jalur perseorangan. "Untuk jalur perseorangan, sejauh ini belum ada satupun figur calon yang berani membuka diri," kata Aris.