Mahasiswa Giat 12 UNNES melakukan gebrakan dalam pengelolaan sampah plastic di Desa Pagergunung. Kegiatan yang berlangsung pada 24/8/2025 ini merupakah salah satu Langkah inovatif yang mahasiswa berikan kepada warga Desa Pagergunung melalui sosialisasi produksi ecopave atau paving block ramah lingkungan serta menyerahkan alat cetak atau ecopave press ke warga desa.
Sampah plastik masih menjadi masalah serius di banyak wilayah Indonesia, termasuk di pedesaan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2024) mencatat, Indonesia menghasilkan lebih dari 12 juta ton sampah plastik setiap tahun, dan lebih dari setengahnya belum tertangani dengan baik.
Di tingkat desa, seperti di Pagergunung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, sebagian besar masyarakat masih mengelola sampah dengan cara dibakar atau ditimbun. Kebiasaan ini tidak hanya mencemari tanah dan udara, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit seperti ISPA akibat asap pembakaran terbuka.
Melihat potensi yang besar dari sampah plastic yang terbuang percuma. Melalui desain "Ecopave Press", mahasiswa Giat 12 UNNES memanfaatkan limbah plastic jenis PET (Polythylene Terephthalate), pasir, dan oli bekas sebagai bahan baku utama dalam pembuatan paving block. Proses pembuatannya cukup sederhana: sampah plastik dicacah,di olah dengan oli, dan dicampur dengan pasir, dengan perbandingan 60:10: 30, lalu dicetak menggunakan Ecopave Press.
Paving block hasil inovasi ini tidak hanya mendorong pengurangan sampah plastic menjadi paving ramah lingkungan. Paving block berbahan limbah plastik juga memiliki keunggulan: lebih ringan, tahan air, dan berpotensi berumur panjang.
Melalui program ini, mahasiswa Giat 12 berharap Desa Pagergunung dapat menjadi contoh desa mandiri dalam pengelolaan sampah berbasis teknologi tepat guna. Warga pun kini semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sekaligus melihat potensi ekonomi dari limbah plastik.
" Melalui sosialisasi pembuatan paving block ramah lingkungan, warga Desa Pagergunung mulai menyadari bahwa sampah plastik tidak sekadar dibakar. Kini mereka melihat sampah bisa diolah menjadi produk bermanfaat dan bernilai jual, sehingga memunculkan ide baru dalam pengelolaan lingkungan desa" Pak Karyo (47), Kepala Dusun 5
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal terbentuknya gerakan desa bersih, sehat, dan berdaya secara ekonomi melalui inovasi sederhana namun berdampak besar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI