Sebuah bangsa tidak bisa menjadi bangsa yang maju apabila hanya mengandalkan kekayaan alam ataupun jumlah penduduk yang banyak. Namun, bangsa yang maju ditandai dengan kondisi masyarakatnya yang literat.
 Literasi sendiri tidak hanya mencakup baca dan tulis, National Institute for Literacy mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat."
Bangsa yang literat bukan sekadar bangsa yang telah bebas dari buta huruf melainkan juga, suatu bangsa yang telah memiliki kecakapan dalam mencari, mendapat, serta mengolah suatu informasi agar dapat berguna bagi kehidupan dalam era global. Khususnya pada era serba digital seperti ini tentunya literasi dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas dalam ruang digital yang lingkupnya juga tidak terbatas.
Pada tahun 2018 United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakses, memahami, membuat, mengomunikasikan, dan mengevaluasi informasi melalui teknologi digital.Â
Dan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018 menunjukkan kepemilikan telepon genggam di Indonesia sebanyak 355 juta, dan jumlah pengguna internet sebanyak 171 juta jiwa.Â
Hal tersebut menunjukan bahwa arus informasi yang beredar juga semakin cepat, dan menyebabkan terjadinya disinformasi dalam berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, Pendidikan, hingga RAS.
Apabila disinformasi tersebut berlangsung secara terus-menerus hal ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan sebuah bangsa.Â
Untuk itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia (LPPM UPI) menyelenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) gelombang dua dengan bertemakan "Mengembangkan Literasi dan Rekognisi Merdeka Belajar Kampus Merdeka - Pusat Prestasi Nasional".Â
Kegiatan yang berlangsung mulai 26 Agustus 2021 hingga 26 September 2021 diikuti oleh 2685 mahasiswa. LPPM berharap program KKN-T ini dapat menanamkan dan mengembangkan budaya literasi digital kepada masyarakat luas.
Dengan adanya program KKN-T ini diharapkan setelah mendapatkan pendampingan mengenai pentingnya melek literasi digital masyarakat dapat meningkatkan tingkat literasi digitalnya.Â