Mohon tunggu...
Shafira NoorAmaliasari
Shafira NoorAmaliasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

be the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak dari Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Sosial Media

15 Juli 2021   21:34 Diperbarui: 15 Juli 2021   21:45 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu (Wawan Wardiana, 2002). Sedangkan pengertian lainnya adalah sarana prasarana (hardware, software, useware), sistem dan metode untuk perolehan, pengiriman, penerimaan, pengelolahan, penafsiran, penyimpanan, perorganisasian, dan penggunaan data data yang bermakna (Yusufhadi Miarso, 2004). Teknologi informasi dan komunikasi juga mempunyai beberapa komponen yaitu computer cloud, perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), transaksi digital, data digital, dan akses internet.

Teknologi informasi ini tidak hanya tentang software dan hardware yang notabene berfungsi sebagai pengolah, memproses dan menyimpan informasi saja. Lebih dari itu, teknologi ini juga mencakup komunikasi yang memiliki peranan sebagai pengirim informasi. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi ini saling berhubungan satu sama lain (Martin, 1999). Teknologi informasi merupakan studi alat elektronik, khususnya computer, yang difungsikan sebagai media penyimpanan, analisis, distribusi informasi dalam berbagai bentuk, misalnya adalah gambar dan kata-kata (Kamus Oxford, 1995).

Teknologi informasi dan komunikasi mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi berkaitan denggan penggunaan alat bantu untuk memperoleh dan menyebarkan data dari perangkat satu ke perangkat yang lainnya.

Peralatan teknologi informasi yang dahulu digunakan ada surat kabar, radio, dan televisi. Di dalam surat kabar terdapat beberapa topik, ada topik politik, ekonomi, olahraga, iklan, dan lain sebagainya. Radio merupakan alat teknologi informasi yang memanfaatkan teknologi pengiriman dan penerima sinyal suara dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Televisi adalah sistem telekomunikasi yang mengirimkan dan menerima gambar dan suara dengan cara mengirim sinyal-sinyal elektonik melalui kabel, serat optik, maupun gelombang elektromagnetik.

Kemudian peralatan teknologi komunikasi yang dahulu digunakan ada telephone, faksimili (mesin faks), dan telepon selular. Telephone memudahkan komunikasi antarmanusia makin mudah karena keberadaan fasilitas telephone. Kata tele berasal dari tele yang artinya jauh dan phone yang berarti suara. Faksimile yang disebut dengan faks merupakan mesin yang mengerjakan proses pemindaian terhadap sebuah halaman hasil cetakan dan mengubahnya menjadi sinyal.

Di jaman teknologi yang sudah maju dan canggih ini, media sosial sudah sangat mendominasi di hidup kita. Media sosial juga menjadi salah satu platform yang sangat popular dikalangan masyarakat. Pada 9 September 2020, Netflix baru saja meluncurkan sebuah film dokumenter yang berjudul "The Sosial Dilemma" yang disutradarai oleh Jeff Orlowski. The Sosial Dilemma ini menceritakan tentang sisi negatif yang dimiliki oleh jejaring sosial media dari sudut pandang pembuat sebuah platform tersebut dan kecenderungan manusia terhadap sosial media dan dampak yang dialaminya. Film dokumenter ini juga dibagi menjadi beberapa segmen. Mulai dari wawancara terhadap beberapa orang yang pernah terlibat dan menjadi sosok penting dalam kesuksesan dalam bekerja di perusahaan teknologi seperti Facebook, Twitter, Google, Youtube, dan Instagram. Film dokumenter ini juga sangat relate dengan kehidupan kita dan membuat gambaran yang terbesar dari sebuah media sosial dari semua industri internet, mulai dari penggunaannya, efek negatif sampai dengan mental health.

Semua narasumber mulai berbicara tentang pendapat mereka terhadap platform sosial media dan dari sisi teknologi. Ada yang memulai pembicaraan dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak dan penuh ke khawatiran. Seperti Joe Toscono sebagai mantan Experience Design Consultant Google, karena "kuhabiskan delapan bulan berbicara berulang kali dengan pengacara. Ini membuatku takut". Joe Tascono menyatakan bahwa dirinya berhenti pada tahun 2017 karena masalah etika, bukan hanya di google, melainkan industri sosial media secara umum.

Justin Rosentein, Google engineer, mantan Facebook Engineer, co-founder Asana, bahwa dirinya khawatir. Jeff Seibert mantan Eksekutif di Twitter menuturkan pendapatnya bahwa mengenai hal ini, dia percaya bahwa tidak ada siapa pun berniat membuat konsekuensi.

Film dokumenter ini juga mengangkat isu-isu yang terjadi belakangan ini seperti bullying, perang saudara, hoax, politik dan lainnya. Selain wawancara dengan pihak yang terkait, film dokumenter ini juga memberikan animasi gambaran atau cuplikan-cuplikan video agar mudah dipahami oleh penontonnya. Mereka memasukkan ilustrasi aktor-aktor dengan cerita satu keluarga yang berada di suatu rumah. Seorang ibu sedang menyiapkan masakan. Ibu memintaa bantuan kepada anak gadisnya, namun ia malah sibuk dengan bermain handphonenya. Dan di sisi lain si kakak memprotes bahwa anak seumuran belasan tahun seperti adiknya belum membutuhkan handphone, tetapi sang ibu tidak punya pilihan karena teman-teman kelas adiknya memiliki handphone. Film dokumenter ini juga menampilkan dampak yang terjadi bermain sosial media yang kemudian akan memunculkan efek-efek dari penggunaan sosial media ke keluarganya dan kehidupan personalnya. Narasumber pada film dokumenter ini juga berkata bahwa dengan perubahan yang tepat maka kita dapat menyelamatkan media sosial dari hal buruk, karena dengan adanya sosial media ini semua informasi dapat menyebar dengan cepat tanpa adanya pernyataan benar atau salah dan berujung dengan hoax terhadap suatu informasi. Film ini sangat efektif untuk ditonton karena dapat memberitahu kepada penonton agar selalu berhati-hati dalam bersosial media karena media sosial ini dapat menangkap, merekam, dan melacak seluruh informasi data diri kita, walaupun dengan perkembangan zaman dan teknologi sangat memudahkan bagi manusia untuk melakukan aktivitas yang nihil menjadi nyata.

Sejak awal film ini menarik untuk ditonton, dimana kita berkenalan dengan mantan presiden Pinterest yang bernama Tim Kendall dengan pernyataannya bahwa semua aplikasi dan alat-alat ini sebenarnya sudah menciptakkan banyak hal yang menakjubkan di dunia. Alat-alat ini bahkan berhasil menyatukan kembali anggota keluarga yang terpisah jauh, mereka telah menemukan donor organ dan masih banyak hal positif lainnya. Namun kita di buat lupa tentang sisi lain dari sosial media yang diibaratkan koin tersebut.

Film dokumenter ini juga berisi tentang fakta yang mengejutkan media sosial yaitu Teknik manipulasi dan data user yang digunakan untuk menguntungkan suatu perusahaan. film ini juga memperdebatkan bahwa teknik manipulasi tersebut bisa menjadikan penyebab depresi dan bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa. Dengan aktivitas user yang dipantau, direkam, dilacak, dan diukur itu dapat menjadi modal bagi perusahaannya untuk terus meningkatkan pendapatannya dan pertumbuhannya.

Kemudian dari film dokumenter ini industri teknologi saat ini sedang mengalami masalah, dimana mereka yang menciptakan suatu teknologi itu ternyata sangat merubah perilaku sosial di kehidupan manusia. Ini dapat dilihat bahwa kini semua orang tidak dapat lepas dari handphone dan laptop mereka, mereka sangat focus dengan layar handphone dan laptopnya. Company juga mempunyai data-data pribadi milik kita. Mereka juga dapat merekam semua kegiatan yang kita kerjakan. Mereka bisa mengetahui apa yang kita suka dan yang tidak sukai, seolah-olah mereka mampu membaca isi yang ada di dalam otak kita. Mereka meberikan contoh ilustrasi dengan seorang pesulap karena bisa menipu customer. Mereka juga dapat mengatur tingkah laku kita.

Semua kegiatan yang kita lakukan mulai dari like video, komentar, share, dan lainnya di sosial media semuanya terekam, bahkan kini Facebook, Google membangun supercomputer atau ai (artifical intelligent). Teknologi ini berfungsi untuk mencari hal-hal yang disukai dan akan menjadikan candu bagi si penggunanya. Mereka mempunyai tiga tujuan yang akan dicapainya yaitu keterikatan, pertumbuhan, dan iklan. Keterikatan ini adalah seberapa lama waktu yang kita habiskan untuk bermain sosial media. Kemudian pertumbuhan yaitu seberapa luas kita membagikan video kepada orang lain atau mengundang orang lain untuk mengunduh suatu informasi atau aplikasi. Kemudian iklan, iklan juga akan mempengaruhi seberapa tertariknya kita dengan iklan tersebut.

Setiap hari sosial media terus berkembang, mereka selalu mengembangkan hal-hal yang baru di sosial media dan secara tidak disadari sebenarnya kita ini adalah kelinci percobaannya. Teknologi juga sesuatu yang berkembang secara cepat dan paling kenceng.

Yang saya tangkap dari film dokumenter ini bahwa bukan kita yang memainkan sosial media tapi sosial media yang memainkan kita. Media sosial juga bukanlah produk, kita adalah produknya. Media sosial juga seperti narkoba karena membuat kita menjadi orang yang candu untuk memainkan sosial media seperti melihat berita, iklan, video, stalking seseorang. Film ini juga tidak saling menjatuhkan antar teknologi tetapi memberikan edukasi tentang apa yang sebaiknya perlu dirubah untuk meningkatkan system saat ini. Menurut Aza Raskin, Firefox & Mozilla Labs Former Employess Center for Humane Technology co-founder Inventor Infinite Scroll "Kita tak membayar produk yang kita gunakan. Pengiklanan membayar produk yang kita gunakan. Pengiklan adalah pelanggannya, kita lah yang dijual."

Diperkembangan zaman yang sangat maju ini kita harus pintar-pintar dalam mengelola sesuatu, apalagi zaman sekarang perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Semua orang dapat terbantu dengan adanya teknologi yang canggih ini. Namun teknologi informasi dan komunikasi ini juga mempunyai dampak negatif dan positif. Untuk dampak negatif nya ini adalah meningkatnya penipuan dan kejahatan cyber, banyak yang membully jika melakukan sedikit kesalahan, berkembangnya konten yang negative, menjadikan seseorang malas untuk bersosialisasi secara fisik, membuang-buang waktu, dan masih banyak hal lainnya lagi.

Selain sisi negatif yang tadi ternyata teknologi informasi dan komunikasi juga mempunyai dampak yang positif yaitu membantu individu dalam mencari informasi. Saat ini kita sedang dihadapi kenyataan dengan adanya virus ini yang menyebabkan semuanya menjadi serba online. Kuliah pun menjadi kuliah online, kita dituntut untuk harus mandiri karena kita tidak setiap saat bertemu dosen. Kita dapat mencari bahan belajar untuk kuliah melalui e-book, youtube, internet atau blog lainnya. Selain itu media juga dapat menjadi hiburan. Kita bisa membuka Instagram, TikTok atau platform lainnya untuk mencari hal-hal yang membuat kita terhibur, karena pandemi ini benar-benar membuat suntuk sekali.

Kemudian ada untuk mempermudah komunikasi dengan individu yang jauh, dahulu jika kita ingin mengirimkan sesuatu pesan atau bertukar kabar kita harus ke kantor pos untuk mengirimkannya dan itu juga membutuhkan waktu berhari-hari untuk pengirimannya. Kini hanya bermodalkan jaringan internet semua menjadi mudah hanya hitungan beberapa detik kita dapat bertukar kabar atau bertanya yang lainnya dengan jangka waktu yang cepat. Kemudian juga ada mempermudah akses terhadap informasi baru, sharing dan berbagi file, sebagai tempat untuk bisnis jual beli, dan masih banyak lagi.

Saya Shafira Noor sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan akan membagikan sedikit pengalaman yang saya rasakan. Dengan adanya wabah virus yang saat ini yang seluruh dunia sedang hadapi memaksa kita semua untuk tetap menjaga jarak antara satu dengan lainnya. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan proses pembelajarannya dilakukan secara online atau daring. Kuliah secara online ini mempunyai sisi negative dan positif yang saya rasakan. Untuk sisi negative yang saya rasakan adalah susahnya berkomunikasi dengan sesama dosen atau teman, karena saya tipe orang yang harus berkomunikasi tatap langsung dengan teman atau dosen. Namun saya juga mendapatkan hal positif nya yaitu saya bisa lebih mengeksplore dan menambah ilmu tentang apa saja. Kuliah online ini secara tidak langsung menuntut mahasiswa lebih mandiri lagi. Dengan adanya teknologi yang sudah sangat canggih ini juga mempermudah semua masyarakat untuk mengakses apa saja. Karena kemudahaannya mengakses internet saat ini sangat mudah maka banyak juga orang-orang yang kini hanya berfokus pada layar handphone atau laptop mereka. Bahkan juga ada yang menyalahgunakan media sosial dan internet juga.

Dulu jika ingin mencari suatu informasi kita hanya dapat berpatokan pada salah satu platform saja, biasanya google atau internet. Tik Tok yang kita kenal dulu adalah suatu platform untuk membagikan video pendek yang berdurasi 15 detik, kini Tik Tok sudah menjadi aplikasi yang lebih keren lagi. Menurut Techfor Id TikTok dianggap mampu mengusir bosan. Angga Anugrah Putra, Head of Content and User Operations TikTok Indonesia mengatakan bahwa platform video pendek itu lebih ramai 20 persen dari biasanya. "Jenis konten yang  mengalami kenaikan selama pandemic itu adalah konten edukasi," tutur Angga, melalui live conference.

Banyak konten creator yang membagikan konten edukasi lewat aplikasi TikTok karena aplikasi itu sedang diminati oleh banyak masyarakat. Konten edukasi yang dibagikan dikemas dengan pengambilan gambar yang sesuai, penjelasan yang mudah dipahami dan juga ada yang bisa ditambahkan sedikit tambahan music. Selain itu kita juga dapat mecari berbagai pengetahuan dari platform manapun. Namun kita juga harus ingat waktu untuk bermain sosial media, jangan menghabiskan waktu yang sangat lama hanya untuk bermain sosial media.

Kemudian jika kita ingin bertemu teman-teman kita kemudian membuat jadwal untuk bertemu dan ketika bertemu pertemuan awal biasanya ada saja yang asyik dengan handphonenya kemudian lama-lama dapat membaur namun tanpa kita sadari juga saat sedang bertemu teman-teman tanpa sadari ada waktu dimana semua nya menjadi bermain handphonenya masing-masing. Ada juga yang sibuk dengan sosial media nya. Begitupun juga pada saat ada kumpul keluarga, biasanya mereka yang tidak akrab dengan kerabat lainnya mereka lebih memilih untuk menyendiri dan sibuk dengan handphonenya, entah apa yang ia buka di handphone. Teknologi membuat semua yang awalnya dekat menjadi renggang, oleh karena itu kita perlu mempunyai batasan diri untuk mengontrol kapan sebaiknya kita menggunakan handphone kita. Jika kita terlalu focus dengan layar handphone kit aitu dapat membuat kesan pertama seseorang kepada kita menjadi jelek, jadi kita harus tau batasannya dalam menggunakan handphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun