Mohon tunggu...
shaffa aulia
shaffa aulia Mohon Tunggu... mahasiswa

passionate about public health and children well-being

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Polusi Suara: Ancaman Tersembunyi untuk Kesehatan Anak Sekolah

28 September 2025   18:45 Diperbarui: 28 September 2025   19:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polusi Suara di Sekitar Kita (Sumber: Facebook)

Suara yang Tidak Diharapkan

Deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang bersaing dengan suara para pengajar di sekolah. Sebuah keseharian yang membuat anak anak harus meningkatkan konsentrasi untuk memahami apa yang disampaikan karena suara yang tumpang tindih. Tidak hanya dari lalu lintas, suara yang tidak diharapkan itu juga dapat berasal dari aktivitas pembangunan, suara mainan atau gadget yang berlebihan, sound horeg, dan paparan lain yang kerap ditemukan dalam kehidupan. Fenomena tersebut bernama polusi suara yang diam-diam menjadi ancaman tak kasat mata untuk proses tumbuh kembang dan kemampuan berpikir mereka.

Polusi Suara dan Anak-Anak

Polusi suara dianggap sebagai tingkat kebisingan yang tidak diharapkan atau mengganggu yang dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia, termasuk anak-anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap kebisingan karena masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan akibat kebisingan dapat berdampak seumur hidup terhadap prestasi akademik dan kesehatan anak. 

Batas Aman Suara dan Dampak Polusi Suara untuk Kesehatan Anak

Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa batas aman suara dalam sekolah adalah kurang dari 35 desibel (dB) atau setara dengan ruangan yang sangat tenang untuk mendukung mereka mendapatkan kegiatan belajar mengajar yang memadai. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 juga mengatur batas maksimum kebisingan di area sekolah sebesar 45 – 50 dB atau setara dengan suara tenang di perpustakaan. 

Akan tetapi, masih banyak sekolah di Indonesia yang tidak terlalu peduli dengan polusi tidak terlihat ini, misal pada sebuah sekolah di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki nilai kebisingan lebih dari 55 dB atau setara dengan suara TV dengan volume sedang. Apabila anak terpapar suara tersebut tanpa henti dapat membuat mereka kesulitan untuk berkonsentrasi. 

Hal tersebut juga dibahas di laman Environmental Mental Health California University Davis bahwa kebisingan yang terlalu banyak di lingkungan belajar dapat menyebabkan stres dan jika dibiarkan dalam jangka waktu lama akan memengaruhi kemampuan anak.

Studi terbaru yang dilakukan selama 12 bulan pada 2.680 anak berusia 7 hingga 10 tahun dari 38 sekolah di Barcelona juga menunjukkan bahwa paparan kebisingan lalu lintas yang tinggi (sumber kebisingan paling umum di sekolah) berkaitan dengan perkembangan cara berpikir yang lebih lambat, terutama aspek perhatian dan memori anak. 

“Studi kami memperkuat dugaan bahwa masa kanak kanak merupakan periode rentan rangsangan dari luar seperti kebisingan yang dapat memengaruhi perkembangan cara berpikir,” kata Jordi Sunyer, peneliti utama studi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun