Sejak memutuskan bercerai, mengurus semua surat cerai, ia memutuskan untuk bekerja sebagai ART di kota yang tak jauh dari rumahnya. Mencari nafkah untuk anaknya, orang tua dan kakak sulungnya yang tak bisa bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Ibu yang merawat dan membesarkannya tak jarang meneteskan air mata melihat nasib putri kesayangannya. Mengalami kehidupan yang tak mudah, ujian bertubi-tubi dan dipaksa kuat oleh keadaan.Â
Kebanyakan ART yang bekerja dengan mertua, nasibnya hampir sama. Menikah dan menjadi janda di usia muda, bahkan kadang tidak sekali. Menghidupi anak dan orang tuanya dengan menjadi ART di dalam negeri maupun di luar negeri karena tidak memiliki keahlian dan pendidikan yang tidak tinggi.Â
Banyak yang mengambil jalan pintas menikah usia dini karena memang tidak mendapatkan kasih sayang cukup dari keluarga, orang tua yang tak hangat dengan anak sehingga mudah berpindah ke hati laki-laki, orang tua yang memiliki banyak anak menjadikan pernikahan anaknya sebagai upaya untuk melepaskan beban hidup yang terlampau banyak. Akar dari semuanya adalah pendidikan dan kesadaran yang kurang atas pilihan hidup.Â
Pernikahan dini masih menjadi issue yang sangat sulit untuk diatasi di Pulau Lombok. Apalagi mereka yang tinggal di perkampungan yang menganggap anak gadis yang pulang terlalu malam dengan pemuda, mau tak mau harus menikah, tidak pandang usia. Meraka tak ingin terjadi zina diantara dua anak manusia, tapi tak berupaya untuk memberikan bimbingan bagaimana rumah tangga seharusnya dibangun. Mereka tak memberi teladan, tak memberi arahan dan cenderung mencampuri urusan, bukan memberi nasihat yang membuat mereka belajar.Â
Semoga semakin banyak orang yang bisa memberikan pencerahan kepadaÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI