Perpustakaan sekolah dulu identik dengan ruangan sunyi, rak buku yang berdebu, dan aturan ketat. Namun, kini citra itu mulai bergeser. Di tengah arus digitalisasi dan kebutuhan akan pembelajaran aktif, perpustakaan sekolah berubah menjadi ruang yang lebih dinamis, interaktif, dan mendukung proses pendidikan secara menyeluruh.Â
Perubahan peran perpustakaan sekolah dimulai dari misinya sebagai pusat sumber belajar yang mendukung peningkatan literasi siswa. Menurut Riyanto (2018), perpustakaan berperan penting dalam menumbuhkan minat baca serta membentuk kebiasaan belajar sepanjang hayat. Untuk mendukung hal ini, perpustakaan perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Iskandar dan Wulandari (2020) menegaskan pentingnya ruang baca yang nyaman, akses internet, koleksi buku yang mutakhir, serta perangkat digital seperti komputer atau tablet. Buku cetak tetap memiliki nilai penting, namun koleksi digital kini menjadi pelengkap yang tak kalah berharga dalam menunjang kebutuhan belajar siswa.
Selain itu, peran pustakawan juga mengalami transformasi. Lestari (2021) menjelaskan bahwa pustakawan masa kini bukan hanya penjaga buku, tetapi fasilitator literasi yang mampu membantu siswa mengakses dan memilah informasi secara kritis. Mereka juga diharapkan bisa berkolaborasi dengan guru dalam merancang kegiatan literasi yang kreatif dan menyenangkan. Untuk menghidupkan fungsi perpustakaan, perlu diadakan berbagai program literasi seperti klub baca, pojok literasi, pelatihan digital, atau lomba menulis. Wahyuni dan Safitri (2017) menemukan bahwa kegiatan seperti ini dapat meningkatkan minat baca dan keterlibatan siswa secara aktif.
Namun, perpustakaan tidak akan dikenal luas jika tidak dipromosikan. Damayanti (2019) menyarankan strategi promosi sederhana namun efektif, seperti membuat papan rekomendasi buku, menyelenggarakan acara literasi, dan memanfaatkan media sosial sekolah. Strategi ini dapat menjadikan perpustakaan lebih menarik dan dekat dengan siswa. Lebih jauh, digitalisasi menjadi langkah penting dalam menjawab tantangan zaman. Rahmawati (2020) menyebutkan bahwa automasi sistem perpustakaan, katalog online, serta akses terhadap e-book dan jurnal digital sangat membantu siswa mengakses informasi di mana saja dan kapan saja. Digitalisasi juga mendukung budaya belajar mandiri yang sangat dibutuhkan oleh generasi digital saat ini.
Transformasi perpustakaan sekolah adalah kebutuhan yang tak bisa dihindari. Dengan sumber daya memadai, pustakawan yang kompeten, program literasi yang hidup, promosi aktif, dan langkah digitalisasi, perpustakaan sekolah bisa menjadi jantung pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Sudah saatnya perpustakaan tidak hanya hadir sebagai tempat membaca, tetapi juga sebagai ruang belajar aktif dan inklusif untuk generasi pembelajar masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, L., Ardyawin, I., & Furbani, W. (2020). Strategi Promosi Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Di Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Nusa Tengara Barat 2020. Jurnal Ilmu Perpustakaan (Jiper), 2(1).
Wulansari, A., Wahrudin, B., & Rif'an, M. (2023). TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN: PERAN TEKNOLOGI DIGITAL DALAM PENGEMBANGAN LAYANAN INTERLIBRARY LOAN (STUDI KASUS SMP MUHAMMADIYAH KABUPATEN PONOROGO). SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 7(4), 2595-2600.
Dewi, Z. R., & Sunarni, S. (2024). Peran Literasi Digital dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Adaptasi dan Transformasi di Era Digital. Jurnal Ilmu Manajemen dan Pendidikan, 4(1), 9-14.
Subekti, Y. A., Haryati, T., & Wuryandini, E. (2025). Peran Digitalisasi Pendidikan terhadap Mutu Sekolah. Indonesian Research Journal on Education, 5(1), 397-403.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI