Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Ibu Mengerjakan Tugas Sekolah Anaknya: Mendidik atau Mendidik?

4 Maret 2014   01:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:16 2614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13938465881728132147

[caption id="attachment_325752" align="aligncenter" width="450" caption="Anak dan Internet (Foto: Teknologi Komputer)"][/caption]

Sekolah jaman sekarang anak didiknya dituntut harus sudah mengerti tentang teknologi. Akhirnya mau tidak mau pihak yayasan atau penyelenggara pendidikan berlomba-lomba membangun dan menciptakan sekolah berbasis teknologi.

Tidak kalah juga sekolah yang tadinya hanya murni Sains sudah diselipi aroma teknologi dalam berbagai bentuk seperti menambah mata pelajaran yang berhubungan dengan komputer atau pelajaran Sains yang dibumbui dengan komputer.

Murid-murid atau anak didik Sekolah Dasar sudah mulai dibiasakan diberi tugas yang pengerjaannya menggunakan tools Microsoft Office seperti Word dan sejenisnya. Pencarian sumber pun tak lagi merujuk dari buku sebagai sumber materi, akan tetapi dilakukan lewat internet yang mungkin dinilai lebih praktis.

Suatu waktu ada seorang ibu yang merupakan orang tua murid kelas dua SD datang ke sebuah warnet dengan maksud untuk mengerjakan tugas sekolah anaknya. Ia datang dengan raut cemas dan gundah karena anaknya belum mengerjakan tugas padahal jam pelajaran sudah dimulai satu jam sebelumnya.
“Mbak, bisa minta tolong?!” pinta ibu tersebut.
Dengan seperti biasa, operator warnet tersebut menjawab dengan nada biasa dan mempersilakan pelanggan mengutarakan maksud dan keinginannya.
“Iya, Bu, ada yang bisa saya bantu?”
“Tolong carikan tugas IPA, tentang energi panas”.
“Maksudnya bagaimana Ibu?”
“Itu, Mbak, tolong carikan gambar tentang energi panas di internet”. Pinta Ibu tersebut, menambah penjelasannya.
“Untuk siapa, Bu?”
“Untuk anak saya, kelas dua SD XXX”
“Sekarang anaknya dimana, Bu?”
“Sudah ada di sekolahnya, Mbak, saya baru ingat tadi, ini mumpung masih pelajaran gurunya, tugas anak sekolah sekarang, Mbak, sudah mulai susah”. Kata Ibu itu curhat.
“Oh, begitu, Bu, saya kira ada anaknya, biar sekalian belajar”. Jawab operator yang sedang bertugas pagi itu.
Sembari mendengarkan cerita Ibu orang tua murid itu, dengan sigap apa yang diinginkan dicari, beberapa detik sudah muncul di Search Engine dengan nama Google. Satu per satu gambar yang dimaksud diambil dan dicetak dalam kertas berukuran A4.

Dengan tergesa-gesa Ibu tersebut langsung membayar berapa jumlahnya dan bergegas menuju ke sekolah dimana tempat anaknya menimba ilmu kira-kira satu kilometer dari warnet tersebut.

Dalam hal ini, seorang ibu, orang tua pada umumnya dan juga media mempunyai peranan penting dalam hal pendidikan anak. Sebagai orang tua, terutama seorang Ibu mempunyai pengawasan lebih terhadap anak-anak mereka karena ibu merupakan orang terdekat dari buah hati mereka disaat suami mereka berada di luar rumah untuk mencari nafkah. Tidak salah jika seorang ibu harus berpendidikan tinggi karena tugas mendidik anak diluar urusan sekolah, pesantren, guru les dan pendidikan secara formal lainnya.

Contoh kasus diatas entah akan menambah pengetahuan untuk orang tuanya dan suatu kebanggaan tersendiri karena sudah dapat membantu mengerjakan tugas anaknya yang seharusnya menjadi tugas anak tersebut di sekolah atau untuk memanjakan anak dengan kata “kasihan” terhadap anaknya.

Mengenai pendidikan Indonesia yang sudah mulai berteknologi, memang tidak bisa dipungkiri begitu saja. Teknologi kian hari kian menjadi, teknologi merupakan hal atau disiplin ilmu yang cepat sekali kadaluarsa, tidak usah jauh-jauh, ponsel misalnya, dulu jika seorang sudah mempunyai ponsel sudah dibilang menguasai teknologi, meskipun handphone itu sebesar handy talky milik para satpam. Namun kini, aneka ponsel dengan “otak pintar” sudah mulai bersaing dan merajalela menguasai pasaran bebas. Jika dulu, ketika SD belajar bersama sekalian bermain dengan teman-teman dengan membawa tas kesayangan dan buku yang dibeli dari sekolah, sekarang anak sebelia itu sudah berkutat dengan dunia internet dan game online. Dikembalikan lagi kepada para orang tua untuk mengawasi dan mendidik anak-anak mereka ketika berada di rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun