Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Fenomena Akun txt di Twitter, Bukti bahwa Semua Akan Jadi Konten pada Waktunya

18 Februari 2021   22:00 Diperbarui: 20 Februari 2021   11:20 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Aplikasi Twitter di ponsel di depan logo Twitter| Sumber: Bloomberg via Kompas.com

Saya nggak pernah menyangka bahwa, saat ini, segala sesuatu, apa pun itu, betul-betul bisa dijadikan konten di internet. Khususnya di media sosial. 

Saya pikir, pernyataan tersebut nggak berlebihan seiring dengan makin banyak akun txt di Twitter yang bermunculan.

Mau txt dari pemerintah ada, txt dari online shop ada, txt dari orang nggak jelas ada. Bahkan, txt dari LinkedIn pun ada. Pokoknya, makin berkembang. Sulit dimungkiri bahwa, pembahasannya pun makin luas. Nggak sedikit juga yang bikin ngakak karena isi kontennya jenaka.

Konsep pada setiap konten yang mereka posting pun sebetulnya terbilang sederhana. Nggak perlu effort berlebih. Tinggal cari atau temukan aja hal-hal lucu, konyol, atau blunder dari siapa pun di internet, juga percakapan seseorang. Kemudian di-screenshot, lalu posting. 

Dijamin, postingannya laris manis. Engagement-nya pun terbilang tinggi. Lantaran kolom reply, retweet, dan likes minimal akan dapat puluhan sampai ratusan.

Belum lagi soal konten yang terbilang relate-able dengan para pengguna media sosial. Hal tersebut menjadi nilai plus tersendiri dari sisi lucu dan menarik pada setiap konten yang diunggah.

Ilustrasi Twitter: AFP Photo/Loic Venance via CNN Indonesia
Ilustrasi Twitter: AFP Photo/Loic Venance via CNN Indonesia

Sulit dimungkiri bahwa, bagi saya, mungkin juga banyak pengguna Twitter lainnya, akun txt yang bermunculan itu sangat menghibur. 

Bahkan, untuk txt dari LinkedIn, terbilang informatif karena hal yang disampaikan adalah segala sesuatu yang masih berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan juga tips menggunakan LinkedIn di dunia profesional. Walaupun nggak sedikit juga yang isi kontennya banyolan, sih.

Selain itu, bagi saya, nggak ada masalah kok. Selama setiap konten yang diunggah di setiap akun txt bisa dipertanggungjawabkan. 

Hindari konten berisikan hoaks, pencemaran nama baik, atau menyebarluaskan data diri juga privasi orang lain. Kalau ada percakapan melalui pesan singkat atau chat, pastikan bahwa nomor kontak sudah disamarkan atau diblur. Bisa bahaya kalau sampai tersebar.

Jangan sampai kejadian beberapa waktu yang lewat terulang. Itu, lho, di suatu sinetron, hanya karena nomor kontak salah satu pemeran terpampang dengan jelas, ealah, langsung banyak yang foto, screenshot, terus malah menghubungi nomor tersebut melalui chat. 

Kemudian menganggap bahwa, nomor itu adalah benar milik salah satu pemeran dalam sinetron tersebut. Padahal, bukan. Nah, si pemilik nomor asli malah kelimpungan dan jadi kebanjiran chat.

Semoga, dalam waktu mendatang, kejadian serupa nggak terulang di akun txt mana pun, sekaligus bisa dijadikan pembelajaran bagi siapa pun yang mengunggah atau menampilkan percakapan di internet. Sebab, ujung-ujungnya malah berpotensi merepotkan orang lain. Belum lagi jika disalahgunakan. Hadeh.

Jika ditelaah lebih jauh lagi, layaknya akun anonim pada umumnya, akun txt itu menawarkan hiburan bagi para followers-nya. Jadi, nggak usah terlalu serius banget gitu kalau lagi cek linimasa atau lihat banyak postingannya. 

Dibawa santai dan bercanda aja, semisal ada kemiripan atau relate dengan kejadian kita dalam kehidupan sehari-hari.

Meski nggak bisa dimungkiri juga, ada banyak akun txt yang isi kontennya satire. Lantaran sudah jengah terhadap suatu fenomena atau kejadian yang terus berulang.

Saat ini, karena semakin maraknya akun txt yang bermunculan, rasanya nggak berlebihan jika saya, juga banyak orang lain di luar sana menganggap bahwa semua akan dijadikan konten pada waktunya. Tinggal nunggu celah dan kapan akan diunggah.

Selain itu, banyak juga akun txt yang memfasilitasi para pengguna media sosial untuk mengirim pengalaman mereka yang, kemudian dijadikan konten pada akun txt-nya. Para pengirim konten ke akun anonim ini biasa dikenal dengan istilah sender.

Sepengamatan saya selama mengecek linimasa dari berbagai akun txt di Twitter, beberapa alasan sender mengirim konten kebanyakan untuk meminta saran, mendapatkan sudut pandang lain dari kejadian atau pengalaman yang dialami, juga untuk sekadar spill the tea atau ghibah online aja gitu. Bahas segala sesuatu yang lagi rame sejagat internet.

Sampai dengan saat ini, ada banyak sekali ragam akun txt yang masih bertahan dengan segala pembahasan dan isi kontennya. 

Jadi, sebelum berakhir jadi konten di txt, ada baiknya kita semua berhati-hati dalam bertingkah laku di internet. Pastikan bahwa segala sesuatunya bisa dipertanggungjawabkan, Nder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun