Media sosial tidak selamanya menyenangkan. Namun, sebelum saya menjabarkan hal tersebut, ada baiknya saya berterima kasih terlebih dahulu atas kehadiran beberapa platform media sosial yang kini hampir selalu menghiasi hari-hari setiap orang.Â
Utamanya ketika waktu senggang, sedang bosan, atau ketika sedang terjebak dalam kemacetan. Tujuannya sih satu, menghilangkan rasa suntuk dan jenuh saat beraktivitas.
Media sosial hadir seakan paham dengan kebutuhan manusia terkini yang sulit lepas dari genggaman handphone. Intinya sih sama, agar setiap orang dapat menunjukkan eksistensinya, baik secara langsung maupun di dunia maya. Bisa berupa foto, buah pemikiran---tulisan---atau pun karya lain berupa video.
Oleh karenanya, banyak pula profesi baru yang tidak diduga sebelumnya, kini bermunculan seiring dengan pemikiran kreatif para pencipta konten.Â
Dalam hal ini, media sosial seakan menjadi penyedia lapangan kerja bagi para jobseeker yang sampai dengan saat ini masih bingung dalam menentukan passion atau berapa gaji yang cocok untuk dirinya meski masih terhitung sebagai lulusan baru.
Padahal, pada umumnya, bagi seorang lulusan baru dapat gaji setara UMR saja sudah syukur. Terpenting, kan, bisa mendapat pengalaman kerja lebih dulu.
Profesi yang selaras dengan perkembangan era 4.0 pun mulai bermunculan, bahkan banyak yang memanfaatkan media sosial sebagai platform utama dalam mendapatkan penghasilan. Dari mulai seleb media sosial (Twitter atau Instagram) yang dibayar oleh iklan atau sponsor, YouTuber yang mendapatkan pundi dari adsense, dan ada profesi sebagai perangkai kata yang bermula dari jasa pembuatan caption. Semuanya membutuhkan ketekunan serta kreativitas tinggi.
Jauh sebelum memikirkan konten, saya sempat berpikir, mungkin semua profesi baru tersebut tidak akan bermunculan jika tidak ada media sosial.Â
Oleh karena itu, pada dasarnya jika dimanfaatkan secara baik, alih-alih hanya untuk bersenang-senang, media sosial justru dapat dijadikan modal untuk mendapatkan penghasilan.
Selain dari beberapa hal baik dari media sosial yang sudah disebutkan sebelumnya, tentu platform juga memiliki efek laten yang satu per satu mulai diketahui. Mulai dari salah satu sumber penyebaran informasi hoaks oleh pengguna yang tidak bertanggung jawab, juga ketergantungan dalam pemakaiannya. Tidak hanya dalam mengecek timeline, tapi juga dalam menerima notifikasi, khususnya berupa likes atas sesuatu yang diposting.
Tidak dapat dimungkiri, bagi pengguna media sosial tentu akan senang jika apa yang diposting mendapat respon berupa likes, retweet, atau komentar.Â