Indonesia hanya menyediakan bahan mentah yang dikeruk dan dijual untuk keuntungan para penjajah agar memperkuat posisi mereka di mata dunia.
Walhasil, sistem yang terjadi pada sejarah masa silam ini tanpa sadar masih tetap berlangsung saat ini. Indonesia hanya sebagai negara yang mempergunakan ekonomi ekstraktif, yakni hanya berfokus pada bahan-bahan mentah, kaya akan bahan-bahan mentah, atau komoditas, namun tidak mempunyai industri menyeluruh dari hulu ke hilir.
Bahan-bahan mentah yang dimiliki tidak diolah melainkan langsung dijual, padahal jika diolah terlebih dahulu keuntungan yang diperoleh bisa berlipat ganda dan bahkan bisa menghapus kemiskinan di negeri ini.
Tidak ada yang mengira bahwa Indonesia dengan sejuta kekayaan alam tetapi masih berkutat dengan masalah-masalah kemiskinan dan ketidakmerataan ekonomi.
Dampak lain dari masih terkungkungnya sistem ekonomi ekstraktif ini juga melanda dunia perpolitikan Indonesia. Politik kita masih dipenuhi praktik politik oligarki.
Hal ini karena untuk melanggengkan sistem ekonomi yang ekstraktif harus ada stratifikasi jelas yakni keberadaan elit-elit yang menjadi alat dari kekuasaan untuk memuluskan ekonomi ekstraksi tersebut.
Oleh karena para elit kekuasaan (seringkali jenderal pada masa itu) tidak bisa mengelola bisnis, maka mereka bekerjasama dengan para bisnisman (konglomerat) untuk menitipkan bisnisnya agar tetap bisa memperoleh keuntungan.
Dampak lain dari adanya sistem ekonomi ini juga dirasa masih terjadi sekarang yakni dominannya wilayah metropolis atau wilayah ekonomi terpusat yang menyebabkan ketidakmerataan ekonomi Indonesia.
Batavia dan Pulau Jawa menjadi pusat kegiatan ekonomi masa penjajahan dan sekarang menjadi Jakarta dan wilayah besar Jawa lainnya.
Akhirnya, kita menyaksikan wilayah-wilayah perkotaan besar menjadi pusat ekonomi berbeda dengan wilayah lain atau wilayah di pulau lain yang tertatih-tatih membangun kesejahteraan. Urbanisasi pun banyak terjadi di Indonesia sehingga menyebabkan lahirnya masalah sosial lainnya.
Belum lagi problem-problem lain semisal integrasi yang juga dirasa sangat erat dengan kebijakan kolonial masa itu.