Persaingan bisnis semakin ketat. Di kota-kota besar, dalam jarak sepelemparan kolor kita bisa menjumpai supermarket atau pusat perbelanjaan. Di Sepanjang jalan pinggiran kota, ruko dan minimarket tumbuh bak jamur di musim penghujan.
Setiap ada pertigaan jalan di situ ada minimarket, begitu mungkin peribahasanya. Satu minimarket berdiri, minimarket lain menyusul di dekatnya. Sebut saja minimarket X dan Y yang suka SKSD (Sok Kenal Sok Dekat). Dua minimarket itu kalau nggak bareng nggak asyik kayaknya.
Begitu juga di pertigaan jalan tak jauh dari rumah saya. Minimarket X yang pertama kali berdiri, disusul minimarket Y. Keduanya hanya terpisah jalan raya dan satu rumah makan. Keduanya berlomba-lomba pasang spanduk diskon.
Minimarket X yang lebih dulu hadir lebih ekspansif. Beberapa karyawatinya sering ngider ke gang-gang di perkampungan seputar minimarket menyebarkan brosur. Mirip seperti promo pengobatan alternatif dan kredit perabotan yang suka menyebarkan brosur. Kalau penghuni rumah tidak ada, brosur di taruh di beranda.
Sabtu sore kemarin (14/11) saat saya membersihkan halaman rumah, tiba-tiba ada rombongan karyawan minimarket X. Tiga karyawati dan satu karyawan. Ada yang menenteng kantong plastik, ada yang membawa keranjang belanja. Mungkin mau bagi-bagi, pikir saya.
Eh, ternyata mereka menawarkan paket sembako seharga 50ribu/kantong plastik dan makanan ringan. Jadilah anak saya tergoda meminta dibelikan biskuit.  Wah, minimarket aja dah mulai ngider ke gang-gang. Mungkin ini masih dalam taraf uji coba, kalau laris manis pasti mereka akan ngider lagi.
Walau saya lihat kasihan juga lihat karyawati yang cantik-cantik harus keringetan menenteng barang bawaan yang berat. Dandanannya bisa luntur. Beda kalau ngetem di minimarket yang adem.
Mungkin suatu saat nanti, toko elektronik juga akan ngider ke gang-gang pakai pikulan menawarkan dagangan: top… laptoooooop, peeee… hapeeee, poweeeeer bank.
Depok, 15 November 2015
Salam Halah