Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012), dan Rempah Rindu Soto Ibu (Taresia, 2024). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mudik Asyik Naik Kereta Api: Secuil Kenangan dan Wajah Baru

13 Mei 2025   18:51 Diperbarui: 13 Mei 2025   18:51 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Stasiun Pasar Senen saat mudik lebaran 2025. (Sumber: kompas.com)

Pagi hari setelah salat subuh, kami menggunakan KRL Commuterline dari Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Pasar Senen. Kami tak terburu-buru karena jadwal keberangkatan Kereta Bengawan pukul 08.55 WIB.

Sekitar pukul 07.00 WIB, adik saya memberi kabar kalau bus yang dinaikinya untuk mudik sudah bergerak dari Bekasi menuju Kutoarjo. Sebenarnya, Ia sudah berburu tiket kereta tapi nasibnya kurang beruntung. Karena naik bus, ia memilih mudik seorang diri tanpa membawa anak dan istri.

Suasana Stasiun Pasar Senen sangat ramai oleh pemudik. Setelah mencetak tiket untuk boarding, kami menunggu panggilan untuk masuk peron stasiun. Sekitar satu jam sebelum keberangkatan, kami bisa memasuki peron Stasiun Pasar Senen.

Saat antri untuk boarding dengan menyiapkan tiket dan KTP, beberapa penumpang terlihat memanfaatkan layanan face recognition atau pengenalan wajah. Layanan canggih ini bertujuan mempermudah kebutuhan boarding penumpang untuk perjalanan kereta api jarak jauh.

Penumpang cukup mengarahkan wajah ke mesin pemindai. Jika data tiket, identitas, dan syarat lainnya sudah sesuai, maka gate akan otomatis terbuka. Prosesnya pemindaian dan verifikasi terbilang sangat cepat hingga memperlancar antrean saat proses boarding. Penumpang juga tidak perlu lagi menunjukkan KTP atau bukti tiket cetak. Canggih ya.

Sayangnya, kami belum mendaftar layanan Face Recognition Boarding di aplikasi KAI Access. Jadi masih harus mengantre dan menunjukkan tiket dan KTP.

Seorang penumpang sedang menggunakan layanan Face Recognition Boarding. (Sumber: kai.id)
Seorang penumpang sedang menggunakan layanan Face Recognition Boarding. (Sumber: kai.id)

Kereta Api Bengawan berangkat dari Stasiun Pasar Senen tepat waktu yaitu pukul 08.55 WIB. Kereta relasi Pasar Senen-Purwosari PP ini masih menggunakan tempat duduk tegak lurus. Setiap kali naik kereta dengan tempat duduk tegak lurus, saya selalu terkenang saat awal-awal naik kereta.

Saat itu, kereta ekonomi selalu disesaki penumpang. Ada penumpang yang duduk, berdiri, hingga tiduran di lantai kereta. Pedagang asongan hilir mudik menawarkan dagangan. Suasana seperti pasar malam. Toiletnya juga kumuh dan bau.

Seiring perjalanan waktu, KAI terus bertransformasi untuk memberikan layanan terbaik. Kereta dan stasiun semakin nyaman dan aman. Meskipun kereta ekonomi seperti KA Bengawan masih menggunakan kursi tegak lurus, tapi suasananya nyaman. Ada pendingin ruangan, papan informasi, televisi, colokan listrik, toilet yang bersih, dan lain-lain.

Suasana nyaman membuat kami tetap khusyuk menjalani ibadah puasa di hari terakhir. Anak saya tidak mengeluh kehausan atau kegerahan. Ia sibuk melihat pemandangan di balik kaca kereta sambil sesekali bermain telepon genggam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun