Mohon tunggu...
Seren Exsa Az Zahra
Seren Exsa Az Zahra Mohon Tunggu... Sarjana Perikanan - Teknologi Hasil Perikanan Universitas Sriwijaya

Saya sarjana perikanan yang tertarik mengulas topik seputar pangan fungsional berbasis produk hasil perairan, khususnya yang berpadu dengan kearifan lokal Indonesia. Melalui tulisan di sini, saya ingin berbagi wawasan, hasil penelitian, dan gagasan inovatif untuk mendukung ketahanan pangan, gizi masyarakat, dan ekonomi berbasis sumber daya laut dan perikanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kandungan Ikan Salmon vs Ikan Manyung di Bangka Belitung

23 Juli 2025   07:30 Diperbarui: 24 Juli 2025   11:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Omega-3 (Sumber: istockphoto)

Dalam era globalisasi pangan dan gizi, kesadaran masyarakat terhadap manfaat asupan nutrisi esensial semakin meningkat, terutama asam lemak omega-3. Ikan menjadi salah satu sumber utama omega-3, dan selama ini ikan salmon kerap dianggap sebagai ikon pangan bergizi tinggi. Namun, dalam konteks lokal, khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), ikan lokal seperti ikan mayung (juga dikenal sebagai catfish lokal atau Arius sp.) menyimpan potensi besar yang belum sepenuhnya terungkap, baik dari sisi kandungan gizi maupun kontribusinya terhadap ekonomi dan keberlanjutan laut.

Provinsi Bangka Belitung memiliki kekayaan laut yang luar biasa, dengan potensi ekspor perikanan yang terus meningkat. Menurut data Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Bangka Belitung, pada triwulan pertama tahun 2025, total volume komoditas ekspor perikanan Babel mencapai 3.079 ton, yang dikirim dalam 614 kali pengiriman dengan total nilai Rp125 miliar. Kepala BPPMHKP Babel Dedy Arief Hendriyanto, menyebutkan bahwa Belitung menjadi daerah kontributor terbesar dalam ekspor perikanan ini. "Kalau kita lihat dari tahun ke tahun, tren ekspor terus mengalami peningkatan. Tahun 2024 volume ekspor mencapai 13.000 ton, meningkat dibandingkan tahun 2023," jelas Dedy (21/4/2025).

Melalui artikel ini, kita akan menelaah perbandingan kandungan omega-3 antara ikan salmon dan ikan mayung, mengkritisi isu kesegaran salmon impor di Bangka Belitung, dan mengajak masyarakat untuk beralih ke ikan lokal yang tidak hanya lebih segar dan murah, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ekonomi daerah dan kelestarian laut.

Ilustrasi Omega-3 (Sumber: istockphoto)
Ilustrasi Omega-3 (Sumber: istockphoto)

Omega-3 adalah kelompok asam lemak tak jenuh ganda yang sangat penting untuk kesehatan, terdiri atas ALA (alpha-linolenic acid), EPA (eicosapentaenoic acid), dan DHA (docosahexaenoic acid). Ikan laut merupakan sumber utama EPA dan DHA yang esensial bagi perkembangan otak, sistem kardiovaskular, dan fungsi imun tubuh. Berdasarkan USDA National Nutrient Database, ikan salmon Atlantik (Salmo salar) mengandung sekitar 1,2--1,8 gram EPA dan DHA per 100 gram fillet mentah. Sementara itu, penelitian oleh Rahmawati et al. (2021) yang menganalisis kandungan nutrisi ikan mayung (Arius thalassinus) menunjukkan bahwa ikan ini mengandung 1,1 gram omega-3 (EPA + DHA) per 100 gram daging segar, dengan komposisi EPA yang lebih tinggi dibandingkan DHA.

Meskipun sedikit di bawah kandungan omega-3 salmon, ikan mayung memiliki nilai gizi yang sangat kompetitif. Ikan mayung juga mengandung protein tinggi (sekitar 18--20%), zat besi, kalsium, dan vitamin A. Kandungan gizinya ini menjadikannya kandidat ideal sebagai pangan fungsional lokal untuk mendukung program nasional pengentasan stunting dan peningkatan gizi masyarakat.

Kelebihan salmon sebagai "superfood" kerap tertutupi oleh realitas distribusi dan logistik yang kompleks. Ikan salmon yang dikonsumsi di Indonesia termasuk Bangka Belitung, sebagian besar merupakan produk impor dari Norwegia, Chile, atau Kanada. Proses pengiriman dari negara asal menuju Indonesia bisa memakan waktu hingga 7--14 hari, bahkan lebih tergantung kondisi pelabuhan, izin karantina, dan cuaca.

Sebuah studi menunjukkan bahwa kadar Total Volatile Base Nitrogen (TVB-N), yang merupakan indikator kesegaran ikan, meningkat signifikan pada salmon beku selama proses pengiriman. TVB-N salmon impor yang awalnya berada di bawah batas aman (25 mg/100 g) dapat meningkat hingga 45--50 mg/100 g setelah sampai di wilayah konsumsi, menandakan penurunan mutu dan potensi kontaminasi mikroba.

Kesegaran merupakan aspek penting dalam penilaian mutu sensorik dan gizi ikan. Menurunnya kesegaran salmon tak hanya menurunkan cita rasa, tetapi juga berisiko mengurangi kandungan omega-3 akibat oksidasi lemak selama proses pengiriman dan penyimpanan. Sebagai daerah kepulauan, masyarakat Bangka Belitung memiliki akses langsung ke sumber daya ikan segar setiap hari. Ikan mayung yang biasa ditangkap nelayan lokal dijual dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibanding salmon impor, yakni sekitar Rp25.000--35.000/kg, sementara salmon bisa mencapai Rp180.000--250.000/kg.

Kelebihan lainnya, ikan mayung ditangkap secara berkelanjutan menggunakan perahu kecil dan alat tangkap sederhana yang tidak merusak habitat laut. Ini selaras dengan prinsip perikanan lestari yang digagas oleh FAO dan dijalankan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Mengonsumsi ikan lokal bukan hanya soal gizi, tetapi juga menjadi bentuk dukungan terhadap ekonomi nelayan, penguatan ekonomi daerah, dan perlindungan ekosistem laut.

Ikan Manyung (Sumber: perumperindo.co.id)
Ikan Manyung (Sumber: perumperindo.co.id)

Sebagai daerah kepulauan, masyarakat Bangka Belitung memiliki akses langsung ke sumber daya ikan segar setiap hari. Ikan mayung yang biasa ditangkap nelayan lokal dijual dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibanding salmon impor, yakni sekitar Rp25.000--35.000/kg, sementara salmon bisa mencapai Rp180.000--250.000/kg. Kelebihan lainnya, ikan mayung ditangkap secara berkelanjutan menggunakan perahu kecil dan alat tangkap sederhana yang tidak merusak habitat laut. Ini selaras dengan prinsip perikanan lestari yang digagas oleh FAO dan dijalankan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Mengonsumsi ikan lokal bukan hanya soal gizi, tetapi juga bentuk nyata dukungan terhadap ekonomi nelayan, penguatan ekonomi daerah, serta pelestarian ekosistem laut. Ketika masyarakat Bangka Belitung lebih banyak memilih ikan lokal, maka akan tercipta dampak berantai yang positif: perekonomian pesisir meningkat, kesejahteraan nelayan terangkat, dan komoditas ekspor dapat difokuskan pada ikan bernilai tinggi seperti kerapu, tenggiri, dan udang.

Meskipun sebagian besar ekspor Babel masih terfokus pada produk mentah seperti cumi, ikan karang, dan hasil budidaya, tren global kini mengarah pada value-added product. Produk olahan seperti ikan mayung asap, abon ikan, atau minyak ikan kaya omega-3 dari hasil sampingan ikan lokal memiliki potensi pasar besar di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Menurut laporan International Trade Centre (2022), permintaan akan produk pangan kaya omega-3 meningkat 11% per tahun di negara-negara berkembang. Jika Bangka Belitung mampu memproduksi minyak ikan mayung secara higienis dan memenuhi standar ekspor, maka kontribusi ekspor berbasis nilai gizi lokal akan semakin signifikan.

Berdasarkan semua fakta di atas, perlu adanya gerakan nyata untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terjebak dalam persepsi "mewah" terhadap ikan impor. Ikan lokal seperti mayung terbukti tidak kalah bergizi, lebih segar, lebih murah, dan lebih mendukung ekosistem perikanan berkelanjutan di Bangka Belitung. Masyarakat khususnya generasi muda, perlu didorong untuk:

  1. Mengonsumsi ikan lokal minimal 3 kali per minggu.
  2. Mendukung UMKM olahan perikanan seperti abon ikan, bakso ikan, dan minyak ikan.
  3. Membagikan informasi gizi ikan lokal di media sosial untuk mengubah narasi konsumsi ikan nasional.
  4. Berkolaborasi dengan pelaku ekspor agar produk olahan lokal juga memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar internasional.

Membandingkan ikan salmon dan ikan mayung bukanlah upaya menjatuhkan satu jenis ikan terhadap yang lain, tetapi membuka kesadaran akan kekayaan laut yang dimiliki Indonesia, khususnya Bangka Belitung. Kandungan omega-3 yang tinggi, harga terjangkau, keberlanjutan ekosistem, dan potensi ekonomi lokal menjadikan ikan mayung simbol baru gizi dan kemandirian pangan.

Mari konsumsi ikan lokal karena terjamin segar, sehat, harga terjangkau, dan meningkatkan ekonomi pesisir Bangka Belitung.

Referensi

  1. Ade Wijaya, A., Bija, S., & Abdiani, I. M. (2023). Karakteristik Minyak Ikan Manyung (Arius sp.) dengan Metode Dry Rendering. Jurnal FishtecH, 12(1), 4754.
  2. Dewi, A. L., Permata, E., & Virginia, M. (2023). Pengaruh Metode Penyimpanan Es dan Refrigerated Seawater (RSW) Terhadap Karakteristik Mutu Ikan Salmon (Salmo salar). Jurnal Kelautan dan Perikanan Indonesia, 3(2), 113--120.
  3. ITC (International Trade Centre). (2022). Omega-3 Global Market Overview. Retrieved from www.intracen.org
  4. Kementerian Kelautan dan Perikanan (2024). Laporan Tahunan Perikanan Budidaya dan Tangkap Bangka Belitung. Jakarta: Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun